HAPY READING GUYS
***
Hari besok, besok dan besoknya lagi. Fariz tetap jarang pulang. Dalam seminggu terakhir yang Kaira tahu baru satu kali.
Kesempatan langka itu Kaira pergunakan untuk menyampaikan usulan Bian—tinggal bersama.
Kaira mempersiapkan segalanya dengan baik, dari mencari waktu yang tepat, memastikan raut wajah suaminya sedang tidak dalam mode buruk dan berbicara dengan nada yang merendah.
Kala itu saat Fariz sedang mengambil cemilan di lemari Es. Sudah mandi dan tidak dsri ruang kerja. Kaira mendekat, dia berdiri satu meter dibelakang Fariz.
"Mas, maaf sebelumnya. Boleh Ara bicara?"
Setelah mendapat jawaban dari Fariz—berupa anggukan baru Kaira menyampaikan tujuannya. "Papa minta kita pindah ke sana terus Mas. Katanya biar aku gak bolak balik sama papa juga bilang katanya Papa kesepian. Gimana kalau kita pindah kesana aja?"
"Maksud kamu, kamu mau mempermalukan saya? Kamu berharap Papa tau gimana buruknya pernikahan kita?" Fariz justru menyerang.
"Bukan ... bukan gitu mas. Aku cuma sampein permintaan papa. Demi kebaikan kita semua juga. Tapi kalau misal mas tetep gak setuju ya gak papa. Aku juga gak pernah merasa keberatan mondar-mandir."
"Bagus. Begitu lebih baik." Hanya begitu.
Sejak saat itu ia seakan trauma bicara dengan Fariz. Titik trauma Kaira sampai di level ketika dia pulang dan tidak menemukan Fariz. Alih-alih sedih dan kecewa Kaira justru merasa lega.
Meski rumah merana, tapi di tempat kerja Kaira masih bisa "haha-hihi" bercanda gurau bersama rekan-rekanya. Profesionalitas dan teman yang kocak membuat hari-harinya sedikit ada cahaya.
Terlebih hari ini seperti kejatuhan durian runtuh, partner shift nya "konco kelet" dan dokter Kian juga bisa ikut kumpul sebelum pulang. Tanpa direncanakan, tanpa ada yang berkorban. Jarang-jarang ini. Benar-benar kebetulan yang menyenangkan.
Meski suster Linda dan suster Indri hobi bergosip sedangkan Kaira tidak. Tapi tidak masalah, toh adanya dokter Andi akan membuat suasana selama beberapa jam mendatang menjadi lebih hidup dan mencengkram.
Canda dan tawa menghiasi di setiap menitnya-lebih-lebih ketika mode Tom and Jerry DokDi dan SusDri dalam mode on. Ho, jangan ditanya lagi bagaimana hebohnya. Sampai bisa membuat perut Kaira sakit karena terlalu banyak tertawa.
"Kalian jahat sekali tidak ajak-ajak saya." Tiba-tiba saja dokter Kian datang, wajahnya dibuat masam. Dia duduk di antara dokter Andi dan suster Linda.
"Lah dokter Kian belum pulang?" tanya suster Indri-terkejut. Seharusnya dokter Kian memang sudah pulang dari jam satu siang tadi. Hari kamis jam kerjanya hanya dari jam sembilan sampai jam dua belas siang.
Dokter Kian tak langsung menjawab, dia justru membuka bekal makannya. Bau semerbak sedap tercium kala itu juga-sambal cumi kesukaan pria itu. Ada buah apel juga yang sudah dipotong-potong.
"Bekal dari Mama gaul ya dok?" Suster Indri bertanya sambil menelan ludah. Warna hitam dari bumbu cuminya membuat air liurnya meronta-ronta ingin menetes.
Dokter Kian berdehem, dia menyuap satu sendok penuh—nikmat betul kelihatanya. "Hmm, Mama yang kirim. Oh iya Kaira dapat salam loh dari Mama, katanya kapan mau main ke rumah?"
Serempak ketiga yang lainya mesem-mesem sendiri, menatap Kaira dengan raut wajah menggoda. Kaira yang ditatap seperti itu balik menatap. Kedua matanya melebar sempurna—memperingati dengan tatapan mata. "Tolong sampaikan salam saya ke Mama gaul ya dok. InsyaAllah, kalau ada waktu saya main ke sana."
KAMU SEDANG MEMBACA
Resep Cinta Dalam Doa (Revisi)
Romance❌️PROSES REVISI❌️ Mohon bersabar karena author tetep mikir ulang. Banyak yang berubah guys jadi yg mau baca ulang dijamin tetep dugun-dugun. Buat yang belum pernah baca cus merapat. Dijamin gak akan ada ruginya. Justru nagih Kalau gak percaya coba a...