RCDD | 31. Nafkah Lahir Batin

36.2K 1.4K 15
                                    

❌️WARNING❌️

Ada kilas balik. Mohon pelan-pelan bacanya ya guys. 

HAPPY READING

***

Hari kedua Fariz menginap di kediaman kedua orang tua Kaira.

Fariz sudah mulai masuk kerja hari ini. sesuai kesepakatan, jadwal kerja Fariz mengikuti jadwal kerja Kaira. Kebetulan dua hari kedepan jadwal shift Kaira pagi. Jadi pagi-pagi juga Fariz sudah duduk manis di meja kantornya. Termenung hingga tak sadar jika pak Manut masuk ruangan sembari membawa segelas susu.

"Bos ini susunya." Ujar Pak Manut sembari meletakkan segelas susu di atas meja—tepat di hadapan Fariz. yang diajak bicara tidak menjawab. Masih asik dengan lamunannya. "Bos ..." sapa pak Manut lagi sedikit mencondongkan tubuhnya sambil mengetuk permukaan meja tiga kali.

Baru Fariz tersadar, mendongak dia membalas tatapan pak Manut. "Eh pak. Terima kasih ya pak."

"Sampeyan kenapa melamun bos? Kangen istri?" tanya Pak Manut meledek.

Fariz angkat bahu, sambil tersenyum dia menjawab. "Sedikit pak."

"Heleh, pengantin baru. Masih angat-angatnya tai ayam kalau kata tetangga saya. Kalau rindu pulang atuh Pak Bos. Apa bu Bos dokter kerja juga makanya pak Bos sudah masuk kerja?"

Fariz terkekeh dia hanya mengangguk sebagai jawaban. "Silahkan duduk dulu pak Manut! Ada yang ingin saya tanya."

Pak manut menurut, dia langsung mendaratkan bokongnya dibangku seberang Fariz. "Tanya apa bos?"

Fariz bergumam sejenak, dia tampak ragu-ragu dan Pak Manut masih menunggu dengan kening yang berkerut. "Pak, menurut sampean soal nafkah ke istri itu seperti apa?"

Kerutan di kening pak Manut semakin tercetak jelas, kedua netranya hingga menyipit. "Ya tugas suami yang memberi nafkah lahir batin semampu dan sebisanya to Bos."

"Setiap orang beda-beda. Antara saya sama Pak Bos juga jelas beda. Pak Bos mah pasti kecil kalau cuma beliin motor buat Bu Bos dokter setiap bulan sekali pun."

"Apa itu harus Pak?" tanya Fariz ambigu.

"Soal beli motor setiap bulan Bos?" tanya Pak Manut, Fariz diam saja.

"Ya jelas enggak no Bos. Tapi kalau nafkah itu wajib. Kasih uang bulanan misal, urusan kebutuhan istri kan juga tanggung jawab kita to bos. Tapi kalau saya sih lebih ke yang uang saya ya uang istri. Begitupun sebaliknya. Walaupun banyak perempuan bilangnya uang istri uang istri tapi uang suami ya uang istri juga. Kalau istri saya maunya bukan uang saya atau dia tapi uang kita bersama."

"Jadi seluruh uang sampeyan, sampeyan kasih ke istri gitu pak?"

"Kalau saya iya pak Bos. Tapi kalau pak bos menganut yang kasih uang bulanan juga gak papa. Banyak juga yang begitu. Yang penting mah semua tercukupi, tergantung kesepakatan kalau itu mah."

"Gimana kalau yang istrinya bekerja Pak?"

Pak manut diam sejenak, dia mengusap-usap dagu yang mulai ditumbuhi rambut itu beberapa saat. "Saya kurang paham bagaimana hukum islamnya ya bos. Tapi yang saya tahu, ya seperti tadi. Sesuai kesepakatan sama keridhoan hati keduanya. Tapi kewajiban memberi nafkah itu harus tetep ditunaikan suami. Kalau tidak dosa kita bos."

"Istri pak Manut bekerja?"

Pak Manut dengan langtang menggeleng. "Gak saya bolehin Bos. Kebetulan istri saya juga gak protes, katanya dia mau fokus urus anak aja."

Resep Cinta Dalam Doa (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang