RCDD | 19. Tuhan Apa Lagi Ini?

33K 1.1K 6
                                    

Serius Author nulis part ini kebayang Song Jongki di drama ini😢

Siapkan tisu kalian guys.

HAPPY READING 

***

Cobaan datang bukan diperuntukkan pada hambanya yang lemah, tapi pada hambanya yang menginkannya.

Dia datang pada orang-orang yang meminta sesuatu pada Tuhan dan Tuhannya berencana memberikan dan mengabulkan doa itu melalui jalan menuju ke sana—cobaan.

Belum genap 24 jam bendera kuning itu berkibar di kediaman nenek Kaira. Kini berkibar juga di kediaman Bian—ayah Fariz. Lina meninggal dunia dan kabar itu sampai ke telinga Kaira setelah satu jam lebih Fariz hilang dari pandangannya dan pandangan semua orang di kediaman nenek Kaira.

Saking kagetnya Kaira sampai tidak sanggup mempertahankan kesadarannya.

"Dimana mas Bian sekarang pakde?" Kaira bertanya panik setelah ssmpai rumah duka. Baju kusut, wajah pucat, kerudung sudah tak jelas bentuknya—miring sana sini. Nasib baik auratnya masih tetap terjaga, dia bahkan lupa pakai sandal, hanya kaos kaki sebagai pelindung kakinya.

Sama persis seperti kedatangan Fariz tadi, bedanya Fariz masih pakai sandal dan tidak panik melainkan dengan wajah datar bin garangnya.

Albi dan Silfi yang berusaha mengimbangi langkah Kaira napasnya tersenggal-senggal, keringat sudah membanjiri kening.

Pakde Rian melirik Fariz yang sedang duduk bersimpuh di sisi tubuh Lina yang terbaring kaku dengan selendang batik menutupi seluruh tubuhnya.

Tanpa pikir panjang Kaira mendekat. Dia usap punggung renta suaminya, tapi tidak ada respon. "Mas ..." Kaira memanggil, tapi Fariz tetap bungkam, kepalanya menunduk dalam.

Entah keputusannya benar atau salah tapi Kaira memilih mundur—menghindar untuk memberi waktu Fariz sendiri dulu.

"Saya juga gak tau kronologi aslinya Ustad, saya tau-tau posisinya Lina sudah selesai dikafani di rumah sakit. Bian belum tau kondisi Lina yang meninggal ini karena kondisinya juga lumayan parah, tangan sama tulang hidungnya patah. Sekarang lagi di operasi ditunggu istri sama anak saya. Saya mau tanya Fariz juga gak tega." Pakde Rian melirik Fariz lagi, lalu menatap Kaira yang sekarang sudah kembali berada dalam pelukan Silfi. "Dari tadi suamimu cuma diem aja nok (nak). Ditanya juga diem, ya yang kaya kamu lihat sekarang ini."

Kaira menangis terisak-isak, dadanya sakit sekali, kepalanya pun demikian, semakin lama tubuhnya semakin lemas hingga akhirnya lagi—kaira hilang kesadaran.

Heboh. Beberapa orang berteriak histeris. Beberapa langsung mengerubungi tubuh Kaira yang tak sadarkan diri dalam dekapan Silfi.

Semua mata berpusat pada Kaira. Kecuali Fariz. Pria malang itu masih dalam posisinya. Dia seakan ada tapi tiada, seakan bukan hanya tuli, tapi juga buta dan bisu. Nyawa masih di tempat tapi fokus dan pikiran entah dimana.

Yang ada dalam bayangan Fariz sepi, hampa, dendam, memuakkan dan menyesal.

Menyesal, karena belum bisa menjadi putra yang baik untuk Lina.

Bayang-bayang suara Lina yang memarahinya kemarin masih sangat jelas melekat ditelinganya.

Andai dia pulang menemui Lina kemarin.

Andai dia menuruti tanpa membantah dulu ucapan Lina kemarin.

Andai ... andai dan andai. Semua seakan menyerang Fariz hingga jiwanya seakan tak mampu lagi bertahan.

Nasi sudah menjadi bubur kan? Penyesalan memang hadir di penghujung cerita. Andai-andai itu tidak pernah bisa dia perbaiki lagi.

Fariz yakin Mamanya pasti menyesal melahirkannya, mamanya pasti bosan menasehatinya sehingga memilih untuk pergi alih-alih terus berceramah untuknya.

Kata maaf rasanya sudah tidak sanggup dia ucapakan lagi. Fariz malu. Malu pada jasat Lina yang posisi wajah rusak penuh luka sekalipun masih terlihat tersenyum.

Apa Tuhan ingin mengutuknya?

Fariz benci Tuhan.

Dia hanya meminta dicintai dan disayangi setulus hati. Tapi Tuhan justru mengambil semua orang yang dia sayangi dan cintai. Satu peesatu.

Sepupu terdekatnya meninggal, teman-teman dan kekasihnya dimasalalu satu persatu pergi meninggalkanya hanya dengan satu alasan tidm masuk akal menurutnya "Fariz gila kerja".

Dan sekarang hidupnya juga pergi untuk selama-lamanya. Ibunya pergi. Jadi untuk apa dia hidup?

Jadi apa dia setelah ini?

Gila?

Atau Tuhan ingin mengambil nyamanya juga?

Jika iya maka dengan senang hati Fariz akan menjemputnya. Dia tidak takut.

To Be Continued
____________

Resep Cinta Dalam Doa (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang