RCDD | 41. I LOVE YOU TOO

27.8K 1K 0
                                    

HAPPY READING GUYS

***

Tian pikir ada hal besar apa hingga atasnya itu memintanya datang dengan suara lantang menggelegar.

Tian hingga rela lari tersungkur-sungkur hanya untuk segera datang. Marahnya Fariz lebih menyeramkan dari rumah hantu soalnya.

Dan ternyata, memang hal besar juga sepenting itu di mata Fariz, tapi tidak untuk Tian. Saking terkejutnya pria berusia 29 tahun itu menganga lebar hingga air liurnya nyaris menetes.

"Saya minta kamu datang itu supaya dapat jawaban Tian. Bukanya justru lihat kamu plonga-plongo kaya orang idiot gitu. Buruan jawab!"

Tian menelan ludahnya susah payah, pria itu juga meringis sebelum menjawab. "Saya belum pernah pacaran Bos, gak sempet. Jadi gak tau gimana rasanya jatuh cinta."

"Kamu belum pernah suka sama cewek juga?" tanya Fariz tidak bermaksud mengejek, tapi Tian mengartikan demikian. Pria itu menggeleng lemas. "Miris sekali ya hidup kamu," celetuk Fariz tanpa sadar.

"Bos ... sampeyan kan justru sudah pernah pacaran kan?"

"Tau apa kamu soal hidup saya."

"Tau semuanya Bos. Lima tahun saya jadi sekretaris anda jelas saya tahu semuanya termasuk berapa kali anda patah hati," jawab Tian dalam hati.

"Gak berguna saya panggil kamu ternyata. Sana pergi." Usir Fariz.

Balik kanan Tian berlalu selepas menundukkan tubuhnya sekilas—berpamitan.

Tidak dapat jawaban dari Tian, Pak Manut ganti yang jadi sasarannya. Baru juga sampai di kediaman Albi, kopi yang dibuat Silfi juga baru diletakkan di atas meja oleh Kaira. Tapi sudah dapat telepon dari Bos Besar Fariz. Meminta Pak Manut untuk segera datang tidak bisa ditunda. HARUS SEKARANG.

Dengan berat hati pak Manut harus merelakan kopi buatan Sifli yang tampak menggiurkan itu.

Sampai di ruangan Fariz, ternyata memang sudah ditunggu. Fariz sudah duduk di sofa, kedua tangannya bersedekap dengan kaki yang disilangkan dan posisi duduk bersandarkan sandaran sofa. Pak Manut langsung diminta duduk di sofa berseberangan dengan nya, hanya dengan gerakan kepala. Nasib baik pria tua itu paham. Takut-takut dia duduk di sana.

"Pak gimana tanda-tanda jatuh cinta?" serang Fariz langsung—tanpa basa basi. Sama persis seperti yang ditanyakan pada Tian tadi.

Jika Tian tadi memberi respon dengan wajah terkejut beda cerita dengan pak Manut yang justru langsung tertawa terbahak-bahak.

Tidak ada takut-takutnya pria tua itu menjawab, "Bos ... bos ... saya kira ada apa. Sudah tegang maksimal saya tadi. Saya kira saya ada salah apa," ujar pak Manut panjang lebar.

Fariz justru menyerngit, kedua matanya menyipit seolah bertanya.

Pak Manut menghentikan tawanya, pria itu berdehem dua kali, mengatur posisi duduknya agar lebih santai sebelum memberi jawaban.

"Yo gampang to bos kalau cuma soal jatuh cinta tu gimana tandanya. Kalau bawaanya kangen terus, takut kehilangan, maunya deket-deket terus, pinginya dimanjain, sama lihat wajahnya doang sudah bikin bahagia sama separuh masalah kaya bisa berkurang berarti itu cinta namanya."

"Maksudnya pak?" Tanya Fariz tidak paham.

"Sampeyan suka kangen gak sama bu Bos dokter waktu lagi kerja begini?" Fariz diam saja, pak Manut kembali menjelaskan. "Kaya pengen cepet-cepet pulang biar bisa ketemu istri gitu nah bos?" Lanjut Pak Manut menjelaskan.

Resep Cinta Dalam Doa (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang