HAPPY READING
***
Mas Suami
Kaira, pulang apartemen!!!! Saya tungguSiapa yang tidak panik jika dapat pesan semacam itu dari orang rumah. Ditelpon mana tidak diangkat, di balas pesannya juga tidak balas lagi.
Kaira yang sudah dalam perjalanan ke Rumah orang tuanya sampai harus putar balik dengan kecepatan di atas nalarnya—saking khawatirnya. Padahal tinggal satu kilometer lagi sampai rumah Albi.
Tersengal-sengal napasnya ketika memutar gagang pintu. Belum juga bernapas dengan benar, harus kaget pula karena tiba-tiba ada yang menubruk dan mendekap.
Itu Fariz yang memang sudah menunggu di balik pintu, Kaira masuk langsung dia serang dengan pelukan erat dan tangis yang mendramatis. "Maaf Kaira, maafkan saya. Saya sudah berdosa sama kamu. Mama pasti sedih di atas sana."
Alih-alih terharu, Kaira justru menyerngit, badannya menegang dalam pelukan Fariz yang erat sekali.
"Kamu mau maafin saya kan?" Fariz melepas pelukannya, dia mengeluarkan dompet dalam saku celananya, disusul dengan kunci mobil, kunci rumah dan semua kunci-kunci yang Kaira tidak tahu kunci apa itu. Lepas itu pria itu meraih tangan kiri Kaira dan meletakkan semua di atas sana.
Kaira reflek menadahkan kedua tangannya. "Mulai hari ini semua yang pegang kamu. Saya miskin mulai dari sekarang."
Kaira yang belum juga paham justru menyipit. Menatap Fariz yang sesekali mengusap air mata yang berlinang di kedua kelopak matanya. Menggemaskan sekali.
"Kaira Kamran, kamu mau kan maafin saya?"
"Maafin apa Mas? Mas selingkuh?"
Fariz melotot, "ngawur," katanya membantah.
"Terus?"
"Ya saya banyak salahnya sama kamu."
"Apa?"
"Banyak."
"Ya apa Mas. Jelasin Ara kan gak tau apa salah Mas."
Fariz mengerucutkan bibirnya, bahunya melorot. "Banyak banget. Mas sudah jahat sama kamu dulu ..."
"Eh ngaku ..." potong Kaira reflek. Sudut bibir Fariz semakin melorot kebawah. Kaira terkekeh. "Terus?"
"Ya terus gak pernah kasih nafkah juga. Lahir batin pula."
"Lahir enggak ya, Ara makan tiap hari dari hasil keringat Mas. Mandi juga, Ara juga tinggal di rumah Mas. Kalau batin nya ..." dia tidak jadi melanjutkan.
"Mau dipenuhi sekarang? Tapi masih siang nih, gak papa emangnya?" tanya Fariz menanggapi nada dan raut wajahnya sih serius sekali.
Kali ini giliran Kaira yang melotot. "MAS ..." Tegur Kaira mengancam.
Fariz hanya menarik sudut bibirnya lebar, kepalanya dimiringkan kekanan. Ah menggemaskan sekali. Rasanya Kaira sudah tidak tahan untuk ...
"Jadi di maafin kan ini? Harus di maafin lah. Dosa loh kalau gak maafin suami tu."
"Kok ngancem?"
Fariz hanya nyengir kuda. "Jadi?" katanya bertanya.
Malu-malu Kaira mengangguk, lalu dia menundukan kepala, pandanganya tertuju pada beraneka barang yang ada di atas tangan nya. "Lalu ini apa?"
"Kunci mobil, kunci rumah, kunci ruang kerja, brankas Mas sandinya 765411, dompet beserta semua kartu-kartunya ..."
"Terus?"
Fariz menyipit, tidak paham.
Kaira menghela napas panjang, "terus buat apa Mas?"
Pria jangkung itu baru paham sekarang. "Oh ..." katanya berseru panjang. "Ya mulai hari ini jadi punya Ara seratus persen. Mas miskin sekarang. Jadi mulai hari ini setiap mau berangkat ke kantor Mas minta uang jajan ya buat beli bubur ayam?"
Kaira mengedipkan matanya berulang, menatap Fariz dan semua barang itu bergantian. "Dia tidak salah dengar kan?" Itu otaknya bertanya. Fariz yang seperti bisa membaca pikiran pun menjawab, "Mas gak bercanda sayangku. Mas sudah tobat sekarang. Jadi dimaafin ya?"
Kaira memang lama meresponnya, sampai tiga menit baru paham tapi respon pertama yang dia tunjukkan justru membuat Fariz bingung. Alih-alih bersyukur atau memeluk dan mencium Fariz—seperti yang diharapkan pria itu. Kaira justru menghela napas kecewa, bahkan hingga menimbulkan suara, "heh ... gak asik betul lah masak cuma segini doang tantangannya."
Eh ... eh ... eh .... Bagaimana Fariz tidak terkejut-kejut jika seperti ini. Padahal dia sudah menurunkan semua gengsi dan keangkuhannya loh. Sudah memanggil Kaira dengan embel-embel "Sayang" sudah menyebut dirinya "Mas" alih-alih saya seperti biasanya.
Tapi respon Kaira—benar-benar di luar dugaan. Fariz yang merajuk. Balik kanan, dia berjalan masuk ke dalam rumah dengan langkah yang dia hentak-hentakkan. Kesal.
***
"Sayang, soal mau resign kamu serius?" Fariz bertanya, ketika mereka sudah masuk kamar dan duduk bersebelahan di pinggiran ranjang.
Kesadaran dan fokus Kaira sudah kembali sempurna sekarang, jadi pipinya sudah semerah tomat setelah mendengar kata "sayang" yang keluar dari mulut suaminya itu.
Tanpa ragu, meski hanya perlahan Kaira mengangguk.
"Yakin?" tanya Fariz mengulang, Kaira juga mengulang anggukannya. "Jawab sayang. Mas butuh jawaban bukan cuma ngangguk-ngangguk gitu."
"Ara malu mas ..." keluh Kaira tercicit.
Fariz terkekeh, dia kecup pipi merah Kaira secara kilat. Makin merah lagi itu. "Mas ih ... lancang banget sih." Protes Kaira bersengut tidak terima.
"Katanya tadi minta nafkah batin baru di kecup dikit aja sudah kaya tomat busuk pipinya. Gimana ..."
Kaira melotot, dia tatap Fariz nyalang. "Stop ya mas. Kita lagi bahas masalah penting ini."
Fariz terbahak, manggut-manggut dia menurut. Gerakan tangannya seperti memperagakan mulut yang dikunci. "Jadi gimana yakin mau resign?"
"Yakin lah? Dikira emang Ara ngelawak apa?"
"Oke, mas izinin. Tapi ada satu syarat—"
"Apa?"
"Setiap pagi siang malam, Ara harus buatin Mas kopi. Gimana?"
"Pagi gak ada kopi ya mas. Siang Mas Ariz kan kerja, kalau malam bolehlah."
Fariz mendengus. "Oke pagi skip. Siang sama malam aja."
"Mas mau pulang setiap siang gitu?" tanya Kaira masih belum paham.
Fariz justru menggeleng.
"La terus?"
"Ya Ara yang ke kantor Mas dong sayang ..."
Kaira melotot—dia menolak mentah-mentah. "Gak mau lah. Ntar dimarahin sama bos mas lagi. Gak usah aneh-aneh deh Mas kalau minta."
"Saya serius Kaira," ujar Fariz mantap, dari tatapan dan raut wajahnya memang menggambarkan keseriusan itu. Kaira yang mendadak bimbang hanya diam saja. "Datang saja tidak akan ada yang marah. Saya jamin. Ya sayang ya?"
Dan, kesepakatan itu terjalin sudah. Kaira hanya manggut-manggut saja—supaya cepat. Sedangkan Fariz senyumnya sudah merekah ruah saking puasnya.
To Be Continued
____________Ini terakhir buat hari ini guys, sudah lelah mata author. See you guys
KAMU SEDANG MEMBACA
Resep Cinta Dalam Doa (Revisi)
Romansa❌️PROSES REVISI❌️ Mohon bersabar karena author tetep mikir ulang. Banyak yang berubah guys jadi yg mau baca ulang dijamin tetep dugun-dugun. Buat yang belum pernah baca cus merapat. Dijamin gak akan ada ruginya. Justru nagih Kalau gak percaya coba a...