Ini terakhir guys. Sudah tak sanggup otak aying. Doain mood author bagus ya besok biar bisa up ugal-ugalan lagi.
SELAMAT MALAM
DAN HAPPY READING
*
*
*Dua hari menikah, dua hari itu tidak ada angin kabar yang sampai di telinga keduanya. Sibuk masing-masing. Kaira juga langsung masuk kerja, terbahak-bahak dengan rekan kerjanya sampai lupa jika jika dia sudah menikah dan pernikannya terasa janggal.
Pulang kerja. Eh, Kaira justru dikejutkan dengan seonggok daging yang tergeletak di atas tempat tidurnya. Pakai pakaian kerja, lengkap dengan sepatu. Dasi yang menjuntai sampai menyentuh lantai dan rambut yang berantakan.
Dia Fariz—suami Kaira, yang sedang tertidur dengan satu lengan diletakkan di atas wajah—menghalau cahaya lampu.
Lambat-lambat Kaira berjalan mendekat, dia ulurkan tangannya. Niatnya ingin melepaskan sepatu Fariz. Tapi baru sentuh saja si empunya sudah terjingkat dan bangkit—duduk. Kaira yang juga kaget tejengkang hingga pantan mencium lantai. Sakit sekali.
Fariz linglung karena bangun tidur. Kaira masih berusaha mengontrol napas dan detak jantung.
Dua menit mereka saling adu diam.
"MAAF—" ujar keduanya kompak.
Kaira buru-buru bangkit berdiri. Fariz juga merubah posisi duduknya jadi kakinya menyentuh lantai—duduk di pinggiran ranjang.
"Maaf Ara ngagetin Mas tadi. Niatnya mau lepasin sepatu Mas Ariz. Gak taunya Mas Ariz tipe orang yang mudah terjaga dengan sentuhan."
Fariz justru menatap Kaira yang sedang menatapnya. Dia tidak menjawab.
"Mas datang jam berapa?"
"Jam sepuluh tadi."
Kaira manggut-manggut.
"Saya ke sini untuk menjemputmu pulang dengan saya ke apartemen."
"Sekarang? Jam segini?" tanya Kaira runtun, netranya spontan melirik jam yang diletakkan diatas meja—cukup mudah dilihat. "Kenapa gak besok pagi aja mas? Ini sudah jam sebelas lewat loh."
"Saya harus ke kantor besok pagi buta. Ada kerjaan yang harus saya urus sebelum rapat jam delapan besok."
Jelas Kaira keberatan, dia tidak ikhlas. Tapi mau bagaimana lagi, ini permintaan suaminya. "Tapi Ummi sama Abi sudah tidur mas." Ujar Kaira mencoba peruntungan—kali-kali Fariz berubah pikiran.
Benar suaminya memang berubah pikiran, tapi yang diputuskan bukan yang Kaira harapkan. Setelah diam cukup lama Fariz akhirnya berujar, "ya sudah saya pulang sendiri saja." Itu kata Fariz. Jelas buru-buru Kaira mencegah. "Jangan—"
Fariz duduk lagi, dia menatap Kaira, begitupun Kaira. "Ara siap-siap sebentar. Urusan Abi Ummi, nanti Ara kirim pesan dulu aja ke Ummi. Besok pagi Ara balik sini buat jelasin. Kebetulan Ara shift malam besok."
Memasukan baju dan segala macam perlengkapan tubuhnya kedalam satu koper besar. Kaira mendorong koper itu dihadapan Fariz. Tanpa kata Fariz langsung mengambil alih. Mereka pergi layaknya maling. Mengendap-endap berusaha agar tidak membangunkan seisi rumah.
Dengan mengendarai Toyota Yaris milik Kaira. Kaira resmi tunduk takluk di bawah kuasa suaminya.
***
Yang katanya besok pagi buta itu yang Fariz maksud di jam satu dini hari. Pria itu hanya mengantar Kaira sampai depan pintu Apartemen. Kaira yang terlampau kaget sampai butuh waktu bermenit-menit untuk mencerna segalanya. Bahkan sampai Fariz selesai dengan ucapanya.
"Kamu dengan saya kan Kaira? Sandi apartemenya 100319. Di dalam tidak ada bahan makanan apapun. Kamu sudah makan kan? Kalau belum tunggu sampai besok pagi. Malam-malam begini tidak ada yang jual makanan."
JAHAT. Satu kata itu yang paling tepat untuk menggambarkan diri Fariz saat ini.
Tapi Kaira justru masih bisa-bisanya menampilkan wajah khawatirnya, alih-alih marah atau kecewa.
"Mas Ariz yakin? Mas kelihatan capek banget loh. Kantung matanya juga menghitam gitu. Seenggaknya masuk dulu mandi, Ara buatin air hangat atau kopi. Mama bilang Mas suka banget minum kopi kan?"
"Saya tidak ada waktu Kaira. Gara-gara pernikahan kita kemarin saya jadi meninggalkan banyak pekerjaan. Waktu saja terbuang."
Kaira diam saja. Matanya berkedip-kedip. Hei, Kaira bahkan ambil cuti demi hari sakral itu. Tapi sayang bukan itu yang membuat Kaira terdiam. Melainkan nada suara Fariz yang meninggi. Dan untungnya pria itu menyadari kesalahannya. "Maaf saya tidak maksud membentakmu. Nada bicara saya terlalu keras ya?"
Kaira mengangguk cepat tanpa dikomando.
Helaan napas gusar terdengar jelas dari Fariz. "Ya sudah masuk sana! Saya harus berangkat sekarang. Jaga rumah baik-baik!"
Balik kanan, tanpa melakukan apapun Fariz langsung pergi meninggalkan Kaira yang masih terpaku bisu.
To Be Continued
____________
KAMU SEDANG MEMBACA
Resep Cinta Dalam Doa (Revisi)
Romance❌️PROSES REVISI❌️ Mohon bersabar karena author tetep mikir ulang. Banyak yang berubah guys jadi yg mau baca ulang dijamin tetep dugun-dugun. Buat yang belum pernah baca cus merapat. Dijamin gak akan ada ruginya. Justru nagih Kalau gak percaya coba a...