RCDD | 42. Whay?

30.6K 1.1K 8
                                    

Author tau part ini gak banget. Tapi ...

HAPPY READING GUYS

***

Hari-hari melesak pesat menjadi bulan. Sudah dua bulan dari terakhir kali mereka mengutarakan isi hati.

Fariz makin hari semakin dimabuk Kaira. Kaira ini, Kaira itu, jika dulu Kaira yang identik banyak mau hanya demi menggaet hati suaminya. Sekarang jadi impas, tergantung mood siapa di hari itu yang ingin dimanjakan.

DOR! DOR! DOR!

Ini sudah ketiga kalinya Kaira menggedor pintu Toilet. Fariz ada di dalam sana sudah lima belas menit lamanya.

"Mas kok lama banget sih? Kebiasaan banget lah setiap kali mau pergi malah PUP. Tadi ngapain aja coba waktu Ara dandan."

"Masih belum mau keluar Honey eek nya, sebentar lagi," jawab Fariz dari dalam, suaranya seperti tertahan. Mungkin sambil mengejan.

Kaira mendengus panjang, melirik arloji sekilas. "Mas kalau sampeyan tu kelamaan kita bisa telat lagi kaya kemarin. Ini sudah jam sembilan loh. Gak enak sama dokter Timo."

"SEBENTAR SAYANG ..."

"Lima menit. Lima menit gak keluar Ara ngambek." Kaira mengancam, tidak sampai lima menit baru saja dua menit Fariz sudah keluar, wajahnya lemas dan nampak sedih, pundaknya juga melorot sambil berjalan gontai. "Gak bisa keluar honey," katanya mengadu.

Kaira hanya angkat bahu lalu balik kanan berjalan mendahului.

Fariz yang sudah kepalang panik langsung mencekal tangan kanan Kaira, dia bawa Kaira kembali menghadapnya. "Maaf honey, janji besok gak gitu lagi. Jangan marah ya?" bujuk Fariz disertai raut wajah penuh kekhawatiran. Dan Kaira jika sudah begitu mustahil jika tidak menganggukan kepala disertai senyuman manis.

Cukup sekali dia benar-benar merajuk (dimata Fariz) dan membuat suaminya itu kabuh berujung dirawat. Nuzubilah, mengingat lagi saja sudah membuat bulu kuduk Kaira merinding disko.

Ada sedikit perjanjian tidak tertulis di antara mereka. Tentang Kaira yang tidak akan meninggalkan Fariz kecuali memang kematian, perselingkuhan beserta printilannya dan KDRT apapun bentuknya. Selain itu Kaira janji untuk tidak meninggalkan Fariz apapun yang terjadi.

Itu semua Kaira lakukan demi pengobatan Fariz, yang terus dan terus merasa takut kehilangan.

Upaya itu berhasil, Fariz lebih jarang kambuh dari yang Kaira tahu. Untuk tambahannya setiap malam menjelang tidur Kaira juga akan melafalkan mantra-mantra cinta. Contohnya seperti ini, "i love you more Mas Ariznya Ara," dibarengi dengan pelukan hangat dan senyum termanis.

Jika sudah begitu Fariz pasti akan menghujami wajahnya dengan ciuman mesra. Tiket itu bisa membuat mood Fariz baik selam seharian suntuk.

Jadi KDRT dan selingkuh itu bagai petuah tak terbantahkan menurut Fariz.

Pernah sekali Fariz sedikit meninggikan suara. Kaira yang dibentak tidak merasa demikian tapi Fariz yang memikirkan itu sampai-sampai jatuh sakit dan berujung masuk IGD dan dirawat. Dengan diagnosa demam dan stres. 

Ketika ditanya kenapa bisa sampai seperti itu. Jawaban Fariz berhasil membuat Kaira menganga lebar, "honey diemin Mas. Gak senyum. Mas pikir Ara marah lah," katanya.

Padahal Kaira diam dan wajah datarnya itu karena menahan nyeri haid, bukan sedang ngambek apalagi marah. Kebetulang Fariz memang lagi banyak kerjaanya. Lagi ada tender besar.

Kaira hanya berusaha mengerti dengan memberi waktu untuk Fariz fokus, sedangkan dirinya menunggu di dalam kamar sambil rebahan.

Ia tidak menyangka hal sesederhana itu ternyata berujung fatal. Dua hari mereka menginap di Saida Hospital.

Sejak itu sekesal apapun Kaira, bahkan dalam kondisi apapun ia akan memilih jalan berusaha sabar dan terus memamerkan senyuman termanisnya—apapun yang terjadi.

Toh Fariz juga bilang jika ia lebih tenang jika Kaira mengomel panjang kali lebar daripada diam saja. Kata Fariz cerewetnya istri itu tanda cinta, diamnya istri tanda marah.

***

Mereka sampai di Saida Hospital telah empat menit. Seperti sebelum-sebelumnya, Fariz duluan yang masuk nanti ganti Kaira.

Isi konsultasi juga masih sama seperti dua bulan lalu—Fariz belum bersedia terbuka meski kondisinya berangsur membaik.

Namun, sebaik apapun kondisi pria itu sekarang, ketika Fariz belum siap untuk menceritakan penyebab traumanya disimpulkan jika Fariz belum bisa keluar dari belenggu itu—itu kata dokter Timo.

"Dokter Cantik ..."

Dari arah depan Milla—pasien korban kekerasan seksual berlari kecil, menubruk tubuh Kaira lalu memeluk kaki kanan Kaira cukup kencang. Kaira dan Fariz yang tidak siap jelas berhenti mendadak. Buru-buru Kaira berjongkok, menyamakan tinggi bocah itu.

"Dokter cantik gak lupa kan sama Milla. Dokter cantik, Milla selalu cari-cari dokter cantik loh. Kata Mama dokter cantik gak kerja lagi."

Hei, Kaira sampai dibuat menganga saking terkejutnya. Pertama dan terakhir kali mereka bertemu, Milla ini pendiam. Tidak menyangka bisa seceria ini. Pipinya juga sedikit lebih berisi sekarang.

"Mana Mama sayang? Kok Milla di sini sendiri?" Kaira bertanya lembut, dibelakang Kaira Fariz mengeram, tatapannya tajam setajam silet.

"Dokter cantik, om itu seram sekali. Milla takut—" lalu berhamburan ke pelukan Kaira. Fariz semakin meradang, tatapan nya semakin dalam tidak segan-segan dia menegur, "HONEY," ujarnya sampai membuat Kaira langsung menoleh dan mendongak.

"Itu Om baik, namanya om Fariz. It's okay sayang—"

"HONEY," tegur Fariz lagi. Yang ditegur belum juga peka justru bertanya balik. "Kenapa sih mas. Sabar sedikit kenapa."

Bukan itu maksud Fariz, dia tidak suka Kaira memanggil orang lain dengan sebutan "sayang". Hanya boleh dia saja yang mendapat panggilan itu—tidak dengan yang lain. TITIK.

"Mama kemana nak?"

"Mama lagi bayar jajan. Milla tadi lihat dokter cantik di sana—" Milla menunjuk ruang Farmasi dengan jari telunjuk kurusnya. "Mama tadi juga ke sana. Ambil vitamin buat Milla. Dokter cantik juga ambil vitamin?" tanya Milla polos.

Kaira menarik sudut bibirnya simpul, dia usap pipi Milla dengan sayang lalu mengangguk. "He'em. Ambil Vitamin buat Om baik."

Ditengah-tengah perbincangan mereka, Mama mila datang dengan membawa satu kantong berisi jajan.

Wanita itu mendekat dengan wajah panik, didera amarah dia mulai mengoceh. "Milla, mama kan sudah bilang, tunggu Mama jangan kemana-mana! Baru ditinggal sebentar aja sudah hilang kamu ini. Kalau diculik orang gimana? Mau kamu?" runtun Mama Milla marah. Raut wajahnya merah padam, setengah membungkuk ia menatap Milla nyalang.

Sedangkan yang ditatap demikian justru menyembunyikan wajahnya di leher jenjang Kaira.

"Fariz ..." celetuk Mama Mila ketika bertemu tatap dengan Fariz. Suaranya lebih lembut namun masih cukup jelas terdengar di telinga Fariz bahkan Kaira dan Milla sekalipun.

Pandangan mereka seakan terkunci. Cukup lama hingga empat puluh detik lamanya.

Kaira yang menyadari hal itu jelas menatap bingung. Fariz tersadar dan tatapan itu terputus ketika ada orang lain yang melewati mereka. Buru-buru Fariz meraih bahu Kaira, dia bawa bangkit dan diajaknya pergi, "ayo kita pulang honey," tidak pakai menunggu jawaban Kaira atau memberi kesempatan Kaira untuk mencerna Fariz sudah menuntunnya pergi menjauh.

Jarak dua meter terdengar suara tangis Milla disusul suara Mama Milla yang sedang berusaha menenangkan putrinya itu. 

To Be Continued
_____________

Resep Cinta Dalam Doa (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang