Sorry baru up guys, kemarin otak author beku. Dijemput dari pagi gak dapet-dapet Ilham. Eh, ojernya ternyata tengah malam. Ngetik baru seperempat dah tepar.
Rencananya mau up pagi-pagi, malah gak sempet pula.
Jadi Sorry guys, and
HAPPY READING
*
*
*"SAYANG ... MAU BEKAL KAYA PUNYA PAK MANUT." Fariz berteriak nyaring sekali—dari ruang tamu hingga terdengar sampai ke dapur. Dimana Kaira tengah sibuk berkutat dengan penggorengan.
Baru juga buka pintu, sepatu belum dilepas tapi sudah berteriak.
"SAYANG ... DIMANA?" Kali ini lebih menggelegar sambil melepas sepatu pantofelnya asal-asalan.
Satu meloncat ke kanan satu lagi hingga bertengger ke rak sepatu yang tingginya setinggi betis Fariz, menimpa salah satu sepatu yang sudah terparkir rapi di sana.
"SAYANG ..."
"IYA MAS ... IYA ... ARA DI SINI," jawab Kaira tak kalah berteriak. Pandangannya masih terfokus pada ikan kembung yang terbenam dalam lautan minyak yang asapnya mengepul. Masa bodo tetangga apartemen
Dengan langkah seribu Fariz mendekat, pria itu berdiri di depan pintu penghubung, dengan satu yang di pinggang dan satunya lagi memegang kusen pintu. Wajahnya dia buat sekesal mungkin sembari mengoceh panjang. "Sayang kok gak nunggu di depan pintu kaya Ummi. Kan Mas mau juga pulang kerja disambut sama istri ..."
"Ara lagi masak Mas." Sambil membalik ikan kembung Kaira melirik Fariz—masih dengan ekspresi yang sama. "Lagian Mas juga gak kasih kabar dulu sih. Jadi kan Ara gak tau."
"Kasih kabar?"
"He'em."
"Jadi harus kasih kabar dulu?"
Kaira mengangguk. Setelah dirasa ikan gorengnya sudah cukup aman. Dia tinggal sebentar untuk menghampiri Fariz. Cium tangan dan dihadiahi cium kening dari Fariz
"Minimalnya chat gini, 'sayang, Mas otw pulang. 30 menit lagi sampai rumah', nah kalau gitu kan enak. Ara enak mas juga enak."
"Lagian mana Ara tau juga kalau Mas bakal pulang sesiang ini. Biasanya lo—" bibir Kaira kuncup tiba-tiba. Tidak jadi bicara. Pamalik. Tapi tetap saja aneh, yang benar saja, ayam saja belum masuk kandang tapi Fariz sudah pulang kantor. Kan ajaib namanya.
"Sayang mau bekal kaya punya pak Manut. Kata pak Manut bekal dari istri itu gak ada sembilannya."
Kaira yang tidak paham hanya mampu mengerutkan kening sembari menatap Fariz yang berdiri menjuntai di hadapannya. Tinggi Kaira itu hanya sebatas leher bawah Fariz, jadi butuh mendongak sedikit untuk bisa melihat wajah pria itu. Dan Fariz pun harus menunduk sedikit.
"Itu loh sayang bekal. Kata pak Manut bekal yang dimasak istri," ujar Fairz menjelaskan.
"Nasi yang dimasukkan ke kotak bekal gitu?"
Fariz justru angkat bahu.
"Tapi kan kalau pagi Mas sudah sarapan di rumah kan?"
"Buat siang?"
"Lah katanya makan siangnya minta Ara yang anter ke kantor. Kesepakatannya gitu kan kemarin?"
Benar juga, Fariz tidak kepikiran tadi. Tapi dasarnya Fariz jika sudah punya keinginan ya susah untuk ditolak. "Mau dua-duanya. Bawa bekal juga terus siang Ara dateng juga."

KAMU SEDANG MEMBACA
Resep Cinta Dalam Doa (Revisi)
Romance❌️SUDAH REVISI❌️ Banyak yang berubah guys jadi yg mau baca ulang dijamin tetep dugun-dugun. Buat yang belum pernah baca cus merapat. Dijamin gak akan ada ruginya. Justru nagih Kalau gak percaya coba aja😋 ______________________ Disandera oleh trauma...