RCDD | 34. Pak Manut dan Si Bocah Malang

32.8K 1.3K 11
                                    

Mohon koreksi typo yang bertebaran

And

HAPPY READING GUYS

***

Kopi buatan istri memang tidak ada duanya ternyata. Benar kata Pak Manut. Fariz sampai merem merek saking sedapnya.

Tiba di kantor ia langsung menghubungi pak Manur, meminta pria tua itu untuk datang menghadapnya. Pak Manut yang dasarnya bawahan sudah pasti langsung datang.

Suara tawa Pak Manut sampai memenuhi ruang kerja Fariz saking semangatnya, sesekali ia juga sampai memukul meja.

"Tuh kan Bos apa kata saya, apalagi kalau kopinya pakai pijat plus-plus berujung pulus. Lebih enak lagi. Kapan-kapan sampeyan harus coba juga bos."

Fariz yang tidak paham mengerutkan keningnya, alisnya sampai menyatu.

Pak manut berdecak nyaring. "Itu loh bos yang anget-anget masak gak paham sih."

Fariz masih belum paham, baru ketika pak Manut mengatakan "nafkah batin", dia baru paham dan melotot lebar. "Pak ..." tegurnya.

"Manusiawi bos, surga dunia itu," kata Pak Manut tanpa malu. Fariz saja yang hanya dengar sudah tersipu. "Eh bos, kapan-kapan juga harus rasain dibekali nasi sama istri loh bos. Lihat istri semangat waktu nasi yang kita bawa habis tu rasanya ... beh gak ada sembilannya. Kalau sepuluhnya tetap yang enak-enak tidak ada tandinganya mah."

"Lah memangnya tidsk basi pak kalau bawanya dari pagi tapi dimakannya siang?" Fariz juga ada rencana untuk itu, dia sudah membahasnya dengan Kaira kan? Tapi diantar bukan Fariz sendiri yang membawa.

"Aman bos, paling cuma keringetan dikit nasinya. Tapi tetep enak kok. Dibikinnya pakai cinta soalnya."

Fariz hanya manggut-manggut—dia menyimak.

Mereka saling diam tiga puluh detik.

"Emm pak?" Pak Manut menatap Fariz lagi—tadi sempat ia tundukkan kepalanya untuk melihat jari-jari. Pandangan mereka bertemu. "Gimana kalau sampeyan kerja sama saya aja Pak?"

"Loh, saya kan memang kerja sama Pak Bos to Bos."

"Maksud saya jadi sopir pribadi istri saya pak." Fariz meluruskan.

Bukan tanpa alasan dia meminta demikian. Pak Manut itu begitu berarti atas perkembangan rumah tangganya. Berkat pria tua ini juga hubungannya dengan Kaira berangsur membaik—meski tak bisa dikatakan baik-baik saja juga.

Bisa saja memang Fariz memberi bonus, dia sudah terpikirkan juga mengenai hal itu. Tapi kok rasanya kurang profesional, jadi Fariz mengurungkan niatnya. Sebagai gantinya, alangkah baiknya jika Satpam kantornya itu bekerja dengan Fariz langsung tanpa pihak ketiga—kantor.

"Gak susah kok Pak kerjanya, istri saya juga mau resign. Paling kalau dia mau ke rumah Papa saya atau saya yang butuh sampeyan buat setirin saya waktu pulang kemalaman. Istri saya lumayan cerewet soalnya."

Ini yang melucu Fariz atau pak Manut yang mudah tertawa, pria itu sudah tertawa lagi.

"Enak betul kan Bos punya istri itu. ada yang merhatiin. Cerewetnya istri itu perhatian loh bos."

Fariz hanya bisa menggaruk tengkuknya yang dasarnya memang terasa gatal. "Jadi gimana Pak Manut, saya gaji dua kali lipat deh."

"SAMPEAN SERIUSAN PAK BOS?" Manusia dengar soal "DUIT" langsung hijau royo-royo matanya kan?

Ini buktinya Pak Manut, saking semangatnya dia sampai mencondongkan tubuhnya, dia lipat kedua tangannya di atas meja dan menatap Fariz penuh binar.

Fariz hanya mengangguk saja—bingung, sejak kapan dia tidak serius orangnya.

Resep Cinta Dalam Doa (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang