25

146 13 0
                                    

Seperti biasa malam ini terasa begitu sunyi dan sepi. Angin berhembus begitu kencang malam ini, menandakan pergantian musim yang masih terasa hampa untuk runa. Sejak siang tadi hatinya terasa begitu gelisah, sesuatu menganggu pikiran dan hatinya. Entah apa yang begitu menganggunya bahkan membuatnya tak bisa memejamkan matanya sama sekali. Suara bel terus berbunyi dan terkesan begitu arogan, menekannya berkali2 bahkan setelah runa menjawab panggilannya.

" geum runa .. !! Runa-ya .. " suara teriakan di sertai dengan gedoran pintu semakin terdengar nyata saat runa berjalan menuju pintu utama sambil terus mengikat rambutnya.

" o .. daehan-ah .. " sapanya sambil membuka pintu dan wajah daehan terlihat begitu panik " waeyo ? Apa terjadi sesuatu kepadamu ? " runa mendekat dan menangkap wajah daehan yang berkeringat. Dengan sigap daehan menarik tangan runa dan memeluknya sambil meremas punggung runa dan getaran di bahunya mulai terasa. " yha ... ada apa denganmu ? " runa menepuk punggung daehan dan kemudian mengusap kepalanya.

" runa-ya .. " jawab daehan dengan suara bergetar

" wae ? Aku disini, tenanglah " runa terus mengusap lembut kepala daehan " katakan padaku apa yang membuatmu begitu ketakutan "

Daehan mengeratkan kembali pelukannya dan semakin sesegukan di pelukan runa " runa-ya .. pesawat yang appa dan amma mu tumpangi mengalami kecelakaan "

Seketika mata runa terbelalak dan melepaskan pelukan daehan perlahan. Hatinya begitu sakit dan nyeri, air matanya tak bisa lagi terbendung, kakinya tak bisa menahan berat tubuhnya lagi.

" apa ini nyata ? Atau hanya sebuah delusi ? " tanya runa dengan tatapan kosongnya

" runa-ya .. " daehan memeluk runa dengan erat dan menahan tubuh runa yang mulai lemas

" daehan-ah .. bagaimana amma dan appa ? Daehan-ah .. bagaimana denganku ? Kenapa mereka meninggalkanku tanpa mengizinkanku untuk bertemu dengannya sekali saja, kenapa mereka meninggalkanku daehan-ah .. " runa terus meraung dalam pelukan daehan dan terus memukul dada daehan yang tepat di hadapannya. Daehan hanya terdiam menerima apapun yang runa lakukan kepadanya. Apapun untuk runa, demi runa, dan hanya runa.

" runa-ya .. sekarang kita harus segera pergi menjemput jenazah amma dan appa mu, bangunlah, kajja kita harus segera berangkat " daehan membantu runa untuk berdiri dan menyiapkan berkas2 yang harus runa bawa. Di ujung sofa sana, gadis yang terus menangis sesegukan masih terus sibuk dengan ponselnya, panggilan terus masuk dari beberapa kolega. Tapi satu2nya yang menyibukkannya adalah menghubungi taehyung berkali2 tapi tetap tak ada jawaban apapun darinya. Runa semakin terluka karna bahkan taehyung mematikan ponselnya.

" kajja .. " daehan berdiri di hadapan runa dengan membawa koper kecil milik runa

Runa menundukkan kepalanya dan terus menatap layar ponselnya " taehyung-ah .." serunya dengan suara lirih

Daehan menghela nafasnya dan mengusap lembut bahu runa " runa-ya .. sejenak mari kita lupakam taehyung dan fokus kepada pemakaman orang tuamu, tim sar telah menemukan jenazah amma dan appa mu, mereka menunggu keluarga untuk menjemputnya, jebbal .. jangan membuat mereka menunggu semakin lama "

Runa mendongakkan kepalanya dan menggenggam tangan daehan " daehan-ah .. "

" gwenchana .. ada aku disini, kajja .. "

Daehan memapah runa yang masih tertunduk lemas dan terus menuntunnya hingga sampai di mobilnya. Runa terus memandangi rumah taehyung dan terdiam meski daehan telah membuka pintu mobilnya.

" aniyo daehan-ah .. tunggu sebentar " runa berlari menuju rumah taehyung dan memanggil taehyung dengan keras di depan gerbang rumah taehyung. Tak ada jawaban dari siapapun, hanya gonggongan anjing yang terdengar begitu nyaring dari dalam sana. " taehyung-ah .. " runa terus menggoyang gerbang rumah taehyung yang di gembok sambil terus menerus memanggil taehyung dan menangis " taehyung-ah .. " suaranya kini memudar dan hanya kepalanya bersandar di gerbang tinggi itu.

SINGULARITY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang