Runa tak bisa menjawab pertanyaan yang daehan sematkan kepadanya. Tangannya masih bergetar hebat dan jantungnya berpacu dengan kencang. Runa tau, menghindar bukanlah sebuah keputusan yang tepat, tapi jika terus di jalani, runa takut akan ada banyak hati yang terluka. Daehan kembali menenangkan runa yang terus panik dan menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Tak perduli apapun alasan dari permintaan itu, daehan hanya ingin semua yang terbaik menurut runa.
" gwenchana .. " ucapnya sambil kembali memeluk runa dan mencium lembut ujung kepalanya " mari kita hidup bersama, aku akan tinggal di rumahmu mulai hari ini, sekarang tenanglah dan jangan khawatirkan apapun, aku bersamamu " sambungnya sambil memeluk runa lebih erat lagi.
Runa kini mengaitkan kedua tangnnya kepinggang daehan dan meremas ujung baju daehan. Rasanya bebannya sedikit berkurang karena daehan tak mencecar dengan segala pertanyaan yang membuatnya enggan untuk menjawab pertanyaan2 itu.
" kajja .. kita kembali ke kelas, jam pelajaran akan di mulai 5 menit lagi " daehan melepaskan pelukannya dan beralih menjadi menggenggam tangan runa hingga akhirnya mereka melangkah bersama menuju ruang kelas. Dalam perjalanan hati daehan begitu gelisah dengan keadaan runa yang semakin hari membuatnya semakin tak nyaman untuk meninggalkannya sendiri meski hanya sebentar saja. Sampai di depan ruang kelas, runa seperti enggan melepaskan genggaman tangan daehan dan terus menatap daehan sambil terus meremas erat genggamannya, "sakit" begitu batin daehan, tapi daehan tetap diam dan hanya menghela nafasnya sambil terus memperhatikan runa yang semakin gelisah.
Daehan menghela nafasnya " apa yang kau takutkan ? " tanya daehan sambil mengusap keringat yang mengalir di dahi runa
" aniyo .. " jawab runa sambil menggelengkan kepalanya dan sesekali melirik kedalam kelas " apa kita bisa pulang saja hari ini ? " sambung runa sambil menatap daehan dengan tatapan penuh harap
Daehan tersenyum mengusap lembut kepala runa " kajja .. " daehan menarik runa kedalam kelasnya dan kemudian menata barang2 runa yang terlah tertara rapi di meja. Daehan memasukan semua barang runa kedalam tasnya dan kemudian menggenggam tangan runa lagi. Membawanya keluar dari kelas meski kini semua mata tertuju kepada mereka berdua. Kini mereka berjalan menuju kelas daehan. Daehan menatap barang-barangnya juga dan kemudian pergi begitu saja. Membawa dua tas di bahunya dan tangannya tak lepas dari genggaman runa, mereka berdua berjalan menyusuri lorong sekolah dan berpapasan dengan taehyung dan yerin yang juga melewati lorong itu untuk kembali ke kelasnya. Daehan tak menghentikan langkahnya atau bahkan menyapa yerin dan taehyung seperti biasa. Taehyung dan yerin yang mulai melihat perubahan pada sikap runa dan daehan kepada mereka, kini menatap runa dan daehan dengan tatapan heran sekaligus kesal terpancar nyata dari wajah taehyung. Sampai di dalam mobil daehan masih tak menanyakan apapun tentang apa yang terjadi pada runa sebenarnya. Daehan percaya, bahwa tanpa harus daehan buka, runa akan membukanya sendiri. " Sebuah kejujuran jika di lakukan karna keterpaksaan maka tidak akan ada ketulusan di dalamnya " begitu pikir daehan selama ini.
" kenapa kau begitu kasar kepada runa ? " tanya taehyung yang kini menatap yerin setelah kepergian daehan dan runa
" mworago ? " jawab yerin dengan wajah sangat terkejut
" harusnya kau tidak melakukan itu " taehyung kini bersandar di dinding dan memasukkan kedua tangannya kedalam kantung celananya dan menundukkan kepalanya
" tapi .. "
" apapun alasanmu, aku tidak ingin kau melakukannya lagi " sambungnya sebelum yerin menyelesaikan kata2nya
" ya! Kim taehyung ! " seru yerin sambil mendekat kearah taehyung yang sedari tadi menunduk " bukankah ini yang kau inginkan ? Menjauh dari runa ! Aku membantumu menjauh dari gadis itu, tapi kenapa kau menyalahkanku ! "

KAMU SEDANG MEMBACA
SINGULARITY
Viễn tưởngSINGULARITY ( REVISI ) " dimana dia harus hidup dengan kepura-puraan dan menghilangkan jati dirinya "