33

121 7 0
                                    

Tepat satu bulan sudah runa terbaring disini. Tak terasa waktu begitu cepat berlalu. Disini hera dengan sabar menunggu runa membuka matanya. Luka di luar sudah mulai mengering dan kini hanya meninggalkan sedikit bekas jahitan di keningnya dan pelipis matanya. Hingga sebulan ini hera belum pernah melihat taehyung menjenguk runa, setiap panggilan dan pesan dari hera juga taehyung abaikan. Kau harus tau apa yang hera rasakan saat ini, hera benar2 berdiri sendiri melawan segala takdir yang menimpa dirinya. Tak ada sandaran dan tak ada yang bisa di rangkul untuk sejenak melepaskan beban di pundaknya.

" jadi begini rasanya menjadi dirimu selama ini, aku bahkan hampir tidak sanggup menanggung semua ini, kenapa kau begitu kuat dan tak pernah menunjukan betapa hancurnya hatimu di depanku ? " ucap hera sambil menggenggam tangan runa yang baru saja hera seka dengan air hangat

" daehan-ah .. " suara yang lebih terdengar seperti bisikan itu tiba-tiba keluar dari bibir runa yang masih terpasang alat bantu nafas. Sontak hera langsung berdiri dan panik bercampur bahagia karena akhirnya setelah sekian lama runa munjukkan kemajuan yang begitu pesat.

" runa-ya .. " hera berdiri dan mengusap rambut runa lalu kemudian menekan tombol untuk memanggil tim dokter.

Tak butuh waktu lama, dokter dan timnya datang dan memeriksa keadaan runa yang mulai menunjukkan begitu pesat. Dokter mulai mengganti alat bantu pernafasan dengan yang lebih simple dari sebelumnya. Meski runa mulai bisa berbicara tapi dokter menyarankan untuk tak memberikan banyak beban kepadanya agar kondisi otaknya tidak kembali kram.

" gwenchana ? " tanya hera saat tim dokter mulai pergi meninggalkan ruangan

Runa mengangguk dan kemudain matanya mengeluarkan butiran bening yang melewati garis matanya.

" yha .. uljima " ucap hera sambil mengusap air mata yang terus mengalir membasahi pelipisnya

" dimana daehan ? Apa dia baik2 saja ? " tanya runa sambil menatap hera yang kini mulai menundukkan kepalanya " eonni .. apa daehan baik-baik saja ? " tanyanya sekali lagi sambil terus menatap hera

" runa-ya .. sebaiknya kau istirahat sekarang, jangan pikirkan apapun, saat kau sembuh nanti kita akan bertemu lagi dengan daehan "  hera mengusap lembut lengan runa dan membiarkan runa untuk tetap tenang di atas ranjangnya. " aku harus keluar sebentar, jika mau butuh sesuatu kau bisa menekan tombol ini " hera memberikan runa satu remot yg bisa runa gunakan saat dalam keadaan darurat untuk memanggil suster atau dokter. Setelah menenangkan runa, hera buru-buru keluar dan berusaha menelfon taehyung berkali-kali. Tapi tetap tak ada jawaban dari taehyung. Hingga akhirnya hera memutuskan untuk menghubungi yerin.

" yeobseo " sapa yerin

" apa taehyung bersamamu ? " tanya hera tanpa basa basi

" ah .. ne .. eonni "

" berikan ponselmu kepada taehyung "

" wae ? " kini taehyung menyapanya dengan nada begitu dingin

" runa sadar "

Setelah itu sambungan telfonnya terputus begitu saja. Hera semakin putus asa dengan apa yang terjadi saat ini. Tak ada yang bisa dia andalkan sekarang. Setelah sadarnya runa, semua keadaan pasti akan menjadi semakin buruk dengan kenyataan2 yang ada selama runa tak sadarkan diri. Hera tak tau harus berbuat apa atau bahkan memulai dari mana. Semua terlalu rumit untuk hera jelaskan kepada runa yang baru saja pulih dari koma nya.

20 menit berlalu dan hera masih tertunduk menangis di depan bangsal milik runa. Keadaanya sangat kacau, mungkin karena kelelahan yang harus dia jalani selama sebulan ini, wajahnya tak lagi bersinar seperti biasanya, tulang rahangnya juga kini terlihat semakin jelas. Rambutnya tak lagi seindah seperti yang biasa kita lihat. Semua yang ada pada dirinya seakan berantakan dalam waktu sebulan ini.

SINGULARITY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang