08.00 Am
Pagi ini runa terbangun karena belaian tangan yang terus mengusap kepalanya. Matanya masih terasa berat untuk terbuka, bibirnya terasa begitu tebal dan kepalanya begitu pening. Ya ... dia menangis semalaman, entah berapa lama tapi dia tertidur karena jiwanya lelah untuk menangisi semua ini. Perlahan matanya mulai terbuka dan tangan lembut itu kini mengusap lembut pipi yang semakin tirus dan begitu lembut milik runa.
" eonni .. " sapa runa yang kini menggenggam tangan hera yang masih mengusap lembut pipinya. Air matanya mulai tergenang lagi. Kedua ujung bibirnya mulai turun dan sedikit bergetar.
" menangislah ... jangan kau tahan lagi, aku tau itu pasti sangat menyakitkan, menangislah ... " ucap hera yang kini mengusap air mata yang mulai berani menetes dan melewati pipi runa. Tubuh runa mulai bergetar karena sesegukan, rintihan kembali terdengar dadi bibir mungil yang kini tak lagi berwarna merah jambu. Deru tangisan yang keluar dari mulut runa mulai mengisi ruangan yang hampa itu. Isakan demi isakan terus terdengar nyata dan menyayat hati seorang pria yang kini tak berdaya untuk memasuki ruangan itu. Ya .. dia adalah kim taehyung, dia sama terlukanya dengan runa, sama sesaknya dengan apa yang runa rasakan. Ingin rasanya berlari dan memeluk sahabatnya itu, tapi kakinya terlalu kaku untuk melangkah kesana. Wajah cerianya juga tak lagi terlihat, kini semua yang begitu berwarna menjadi begitu abu-abu. Langitnya mendung dan pelangi tak lagi terlihat di antaranya. Taehyung terus sesegukan dan tak bisa lagi menahan air matanya. Belum lagi deru tangisan runa yang semakin nyata dari dalam sana.
" mianhae .. mianhae .. mianhae .. " begitu ucap taehyung sambil terus memukul dadanya terus menerus. Penyesalannya begitu dalam, bahkan hati yang sebelumnya terlihat begitu yakin kini menjadi goyah karena kesalahannya sendiri. Taehyung tak sanggup lagi mendengar tangisan yang semakin menjadi dari dalam sana, dengan langkah yang sedikit goyah, dia memberanikan diri untuk mengahmpiri sumber suara yang menyakitkan itu. Berjalan dengan air mata yang terus mengirinya, dan kemudian bersimpuh di kaki runa dan terus memeluknya. Menangis dengan rintihan yang amat hebat, dan gumaman kata maaf yang begitu menyayat hati. Runa yang masih memeluk hera kini makin mengencangkan raungannya, hatinya semakin sakit karena melihat taehyung yang juga sama terlukanya. Dia menyadari hal itu, tapi kekecewaaannya begitu dalam hingga menutup hati untuk taehyung. Satu-satunya orang yang amma nya rindukan di saat-saat terakhir adalah taehyung. Tapi, ternyata rindu itu merupakan sayatan paling dahsyat di hati runa.
Runa melepaskan pelukannya dan menghentikan tangisannya. Mulai mengatur nafasnya dan menata hatinya sebelum akhirnya turun dari ranjangnya dan mulai bercermin. Menata rambutnya sambil terus sesegukan dan tatapannya tetap kosong.
" runa-ya .. " taehyung mendekati runa dan memeluknya dari belakang, kepalanya dia sandarkan di bahu runa dan terus memeluknya dengan erat. Tapi runa tak memeperdulikan hal itu. Dia terus menata rambutnya dan mulai menggunakan riasan. " kau mau kemana ? " tanya taehyung yang melihat runa mulai merias diri
" melepaskan rinduku " jawab runa sambil terus menggunakan riasan di wajahnya
Hera yang semula hanya memperhatikan mereka, kini mulai mendekati mereka dan mengusap lembut lengan runa " runa-ya ... tidak bisakah kau dirumah saja hari ini ? Kau harus beristirahat, kau pasti sangat lelah "
" gwenchana ... tolong jangan khawatirkan aku " runa bangkit dan tak memeperhatikan taehyung yang terus terpaku menatapnya. Mulai memakai tas dan cardigan rajut berwarna abu-abu. Dan setelah itu melangkah keluar dari kamar utama meninggalkan hera dan taehyung yang masih terpaku disana.
" runa-ya .. " taehyung berlari mengejar runa dan menggenggam tangannya " aku akan mengantarmu "
" tidak perlu, aku bisa melakukannya sendiri " runa masih menghindari kontak mata dengan taehyung

KAMU SEDANG MEMBACA
SINGULARITY
FantasySINGULARITY ( REVISI ) " dimana dia harus hidup dengan kepura-puraan dan menghilangkan jati dirinya "