√49

900 45 5
                                    

Cemburu.

Pict Mysha Aznii Azzahra (@myshaaa_)

👟

Pagi ini, Rafa selalu mendiamkan Alysa. Bahkan, selama perjalanan pun pria itu tak mau berbicara. Alysa menjadi tak enak, ketika ia harus satu mobil dengan Rafa. Ia tak suka didiamkan, sekalipun masalahnya berasal darinya.

"Makasih," ujar Alysa begitu ia keluar dari mobil Rafa.

"Tunggu!" cegah Rafa dengan tatapan yang masih lurus ke depan.

"Ke—kenapa?" tanya Alysa.

"Jam istirahat, aku perlu bicara sama kamu. Jangan nggak dateng lagi, ini penting," ujar Rafa sebelum menutup kembali pintu mobilnya. Alysa yang ditinggalkan hanya meringis. Miris sekali hidupnya.

Alysa menghela napasnya sejenak, lalu melangkah gontai menuju ruangannya. Hanya senyum setipis sampul buku plastik mungkin yang ia perlihatkan.

"Kenapa gini amat hidup gue? Miris banget," gumamnya dengan kepala yang tergeletak di atas meja. Saking nyamannya, mata gadis itu sampai terlelap.

Tigapuluh menit berlalu, gadis itu tak kunjung bangun. Bahkan, Devan yang berdehem beberapa kali pun, tetap saja masih terlelap.

"Capek atau gimana, nih anak? Kerja apa aja sampe nggak tidur?" tanya Devan heran. Lelaki itu terkekeh melihat tingkah Alysa.

"Tapi, kasihan juga. Gue tungguin aja, deh. Itung-itung mengenang kisah masa lalu," ujarnya sembari terkikik.

Lelaki itu menggeser kursi tepat di sebelah Alysa. Lelaki itu menopang dagunya menghadap ke wajah Alysa.

"Eughh..." Alysa nampak menggeliat dalam tidurnya. Mungkin, sebentar lagi akan bangun.

Alysa membuka matanya. Ia tersentak yang ia lihat pertama kali adalah Devan. Matanya yang besar langsung melotot. Gadis itu langsung membenarkan posisi duduknya.

"Ba—bapak ngapain ke sini?" tanya Alysa gugup.

Devan tak menjawab, lelaki itu lebih memilih berdiri dengan angkuhnya menuju sudut ruangan.

"Ngapain, ya? Saya juga nggak tahu. Yang jelas saya nggak tahu persis jadwal saya tanpa kamu," ujar Devan dengan gaya sok angkuhnya, tangan yang masuk ke dalam saku celana menambah kesan tampan lelaki itu.

"E—eh. Aduh, maaf, Pak. Maaf saya ketiduran," ujar Alysa dengan rasa bersalahnya.

"It's okay. Asal nanti jam istirahat temani saya makan," ujar Devan.

"Tapi, Pak. Saya udah janjian sama orang lain," sangkal Alysa.

"Batalkan. Saya nggak mau mama saya marah gara-gara kamu nggak mau ikut nantinya. Lagipula, setelah lunch kita langsung meeting di luar dengan klien. So, you must go with me anywhere," ujar Devan sembari menutup pintu ruangan Alysa.

Alysa mendecak kesal. Lagi-lagi bosnya itu seenaknya sendiri. Tapi, ia merasa tak enak lagi jika menolak tawaran Tante Sera untuk makan siang di luar. Apalagi nanti bosnya yang akan kena marah jika ia tak ikut.

Rentang Waktu [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang