4²-(√6)²

855 41 2
                                    

Bahagiaku hanya bersamamu,

👟👟👟

Semenjak kejadian itu, Devan lebih rajin untuk mengantar dan menjemput Alysa. Gadis itu juga tak masalah. Toh, ia sudah tak merasa berat karena dirinya sudah jujur atas perasaannya pada Rafa.

"Kamu udah sarapan?" tanya Devan yang berusaha memudarkan keheningan diantara mereka.

Alysa menggeleng malu. Devan tersenyum, lelaki itu langsung mengacak gemas rambut Alysa.

"Ah, Devan!!" pekik Alysa. Gadis itu kesal dan merajuk pada Devan.

Hal itu tak membuat Devan merasa bersalah, justru lelaki itu malah tertawa lepas.

"Lucu banget, sih! Pacar siapa, sih?!" goda Devan sambil mencubit pipi Alysa dengan sebelah tangannya yang bebas.

Terkejut? Ya, Devan adalah pacar Alysa sekarang. Semenjak kejadian dua hari yang lalu, ketika Devan main ke rumah Alysa untuk pertama kalinya. Ketika Devan memiliki keberanian untuk memeluk Alysa di depan ibunya.

Hari kedua, Devan masih saja khawatir dengan kondisi Alysa. Lelaki itu bahkan sering berkunjung. Walaupun sekadar pelukan singkat, hal itu membuat Alysa lebih tenang.

"Kita ke psikiater, ya?" tawarnya.

Alysa menggeleng. Wanita paruh baya yang sedari tadi melihat dari kejauhan ikut berbicara.

"Nggak perlu repot, Nak Devan. Ibu nggak mau jadi beban lagi untuk keluarga Nak Devan," ujar Soraya.

"Nggak papa kok, Bu. Toh, Alysa sebentar lagi akan jadi tanggung jawab saya sepenuhnya," goda Devan yang membuat Alysa tersentak.

Sementara, Soraya hanya tersenyum. Ia tak pernah melihat putrinya sangat nyaman dengan orang lain. Apalagi orang lain itu adalah lelaki.

"Sa, soal kata-kataku tadi, nggak usah dimasukin hati. Aku cuma bercanda, kok. Lagian aku tahu kamu suka sama Rafa," ujar Devan lesu setelah mengantar Alysa ke psikiater.

Alysa menoleh dengan wajah herannya. Bukannya pernyataan Devan yang benar, tapi bagaimana bisa lelaki itu menyimpulkan apa yang tak diketahuinya.

"Loh, siapa bilang aku itu suka sama Rafa? C'mon, aku sama Rafa cuma temenan aja, kok," ujar Alysa.

"Te—temen? Tapi waktu itu kalian pe-pelukan," ujar Devan masih tak percaya.

Alysa tersenyum, gadis itu tahu bosnya cemburu. Dan sialnya, lelaki yang ia cinta itu tak melihat adegan yang sebenarnya.

"Emang, sih, Rafa nembak waktu itu. Tapi, aku tolak," ujar Alysa santai.

"Loh, kenapa? Kamu punya yang lebih, ya?" tebak Devan.

"Nggak, sih. Aku nggak cinta aja sama Rafa. Lagian aku nyaman kalo dia jadi temen."

"Em...soal pernyataan kamu di rumah, aku setuju aja,"

"Maksudnya?"

"Aku setuju jadi pacar kamu," ujar Alysa.

Rentang Waktu [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang