22:00

594 39 5
                                    

Sejauh apapun Bulan menghindar, ujungnya ia akan merindukan Bumi juga,

👟👟👟

3 bulan kemudian,

Bukan suatu kebetulan, ketika Alysa dipindah tugaskan ke Jakarta lagi. Gadis bersama keluarganya terpaksa pindah ke Jakarta mengikuti Rega. Lelaki tampan itu harus mengurus perusahaan pusat yang berada di Jakarta.

Menginjakkan kaki di bandara ini membuat Alysa teringat lagi pada kenangannya. Namun, ia tak boleh lemah. Hanya ada Rega di hatinya saat ini, bukan yang lain.

"Kenapa?" tanya seseorang dengan merangkul bahu Alysa. Alysa menatap mata lelaki itu sebentar, lalu menggeleng.

"Nggak papa, kangen aja sama Raynia. Nanti aku nggak ada temen di sini," ujar Alysa dengan raut yang menyedihkan.

"Banyak, kok. Masa calon istri CEO tampan kaya aku nggak punya temen?" goda Rega yang langsung mendapatkan cubitan dari Alysa. Pipi gadis itu sudah merah padam menahan malu atas perkataan Rega.

Gadis itu langsung bergegas masuk mobil. Ia tak bisa menahan malunya lagi.

"Makan dulu, yuk! Laper, nih!" ajak Rega saat sudah berada di dalam mobilnya. Mau tak mau Alysa ikut mengangguk. Gadis itu juga merasa lapar.

Di tempat lain, Devan disibukkan dengan berbagai pertemuan dengan klien bisnisnya. Perusahaan yang dipimpinnya semakin berkembang pesat. Lelaki itu sudah mulai fokus dengan pekerjaannya.

"Thank you, Mr.Charles." Tangan kekar itu menjabat tangan rekan kerjanya. Mendapatkan investasi dari perusahaan asing adalah target dari Devan. Lelaki itu tampaknya semakin mahir dalam mengelola usahanya.

Wajah lelah dan suntuk, kini tergantikan dengan raut bahagia. Lelaki yang habis meeting itu sudah melihat gadis yang ditungguinya.

"Hi, Alena! I miss you so bad," ujar Devan dengan pengucapannya yang mahir. Lelaki itu memeluk dan mencium pipi kanan gadis itu. Baginya diluar negeri itu hal yang wajar karena Alena termasuk gadis bule.

"Gue juga kangen, Van! Nggak usah pake bahasa Inggris, deh! Gue juga bisa bahasa Indonesia," protes Alena karena geram. Devan hanya terkekeh, lelaki itu langsung mengacak rambut Alena gemas.

"Iya iya, bawel banget, sih!" jawabnya.

👟

Hanya sibuk dengan pekerjaan tak membuat Devan merasa lupa. Kadang lelaki itu harus sering-sering pergi ke club untuk sekadar minum dan curhat pada dirinya sendiri. Sama seperti malam ini, lelaki itu malah sudah duduk di depan Jerry.

"Itu lambung sama usus lo nggak kenapa-kenapa, Van kalo tiap hari minum mulu?" tanya Jerry yang heran dengan tingkah Devan. Lelaki itu walaupun bekerja sebagai bartender, ia sangat jarang untuk sekadar minum.

"Nggak kenapa-kenapa kali. Udah kebal soalnya, Jer," ujar Devan diakhiri kekehan. Lelaki itu masih dalam keadaan setengah sadar.

Tak sampai benar-benar mabuk, lelaki itu meninggalkan mejanya. Matanya menangkap sosok tak asing dalam hidupnya. Selaras dengan hatinya, kaki lelaki itu langsung mengikuti.

Dilihatnya gadis itu yang sedikit takut dengan beberapa lelaki yang menghadangnya. Devan langsung maju saat salah seorang lelaki hendak menyentuh gadisnya.

Rentang Waktu [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang