Bagai kail yang memerangkap,
👟👟👟
Bekerja bukan pilihan terbaik untuk Devan hari ini. Kepalanya masih terasa sakit, lelaki itu memilih untuk tiduran selama seharian.Tidur lelaki itu merasa terusik, ketika ada sesuatu yang memegang dahinya. Mata indah itu perlahan membuka. Devan melihat Alena untuk pertama kalinya.
"Kenapa, Al?" tanya Devan dengan suara serak khas orang bangun tidur.
"Eh? Ganggu, ya, Van. Maaf, ya?" ucap gadis itu penuh salah.
"Nggak apa-apa. Kenapa? Lo kok bisa ke sini?" tanya Devan sembari memosisikan dirinya untuk duduk.
"Gue khawatir sama lo. Kata Radit lo sakit. Niatnya gue ke sini sama Sabrina, tapi Sabrina keburu janjian sama suaminya. Yaudah, gue ke sini sendiri," jelas gadis itu sembari duduk di samping Devan.
"Oh gitu." Devan mengangguk mengerti.
"Gimana? Lo udah baikan? Udah minum obat belum?" tanya Alena berurutan.
"Gue nggak papa, Alena. Lo jadi sepupu bawel banget, sih!" gerutu Devan.
"Len, mending lo keluar dari kamar gue. Gue mau tidur lagi, kepala gue masih sakit," ujar Devan layaknya mengusir seseorang. Alena hanya mendecak. Gadis itu memilih keluar kamar dan memainkan game komputer milik Devan.
Merasa bosan bermain seharian, gadis itu berniat untuk membuat makan siang untuk Devan. Alena berpikir jika Devan belum makan seharian. Apalagi, lelaki itu sama sekali belum keluar dari kamarnya.
Alena berjalan menuju dapur kecil apartemen itu. Dibukanya lemari es di hadapannya, namun ia tak menemukan apapun di sana.
"Ck! Katanya CEO, bahan makanan aja nggak ada!" gerutu Alena pada sepupunya itu.
Mau tak mau Alena harus pergi ke supermarket. Selain untuk menyetok makanan, gadis itu ingin lebih hemat daripada ia harus membeli makanan cepat saji di luar. Toh, makanan itu tak menyehatkan.
"Van! Gue mau ke supermarket dulu!" teriak Alena dari balik pintu kamar Devan, sebelum gadis itu menghilang dan pergi keluar.
👟
Alysa, gadis itu bingung sendiri. Pikirannya tak tenang sejak kejadian semalam. Bukan karena ia tak menemukan Rega di tempat itu, tetapi keadaan Devan yang kian membuatnya cemas.
Hampir semalaman Alysa memikirkan apa yang terjadi pada Devan. Bahkan, gadis itu sempat berpikir jika sakit di kepala Devan karena luka di pelipis lelaki itu. Hal itu membuat Alysa merasa semakin bersalah.
"Sayang? Kenapa?" tanya Rega yang tiba-tiba mengejutkannya. Alysa terkejut.
"Ha? Nggak, nggak papa, kok. Ga?" panggil Alysa kepada Rega yang baru membolak-balik berkas yang ia butuhkan.
"Kenapa?"
"Aku pulang duluan boleh? Aku ngerasa nggak enak badan aja," ujar Alysa berbohong. Tentu saja Rega terkejut. Lelaki itu langsung menghampiri Alysa.
"Sakit apa? Mau aku anter pulang? Atau mau aku antar ke rumah sakit?" tawar Rega. Alysa hanya menggeleng.
"Nggak usah. Aku mau pulang sendiri aja. Makasih, ya, Ga." Alysa segera membereskan tasnya. Gadis itu langsung pergi setelah pamit dengan Rega. Mau tak mau Rega mengiyakannya karena hari ini ia sedang padat jadwal.
Baru sampai di dalam taksi, gadis itu mengeluarkan ponselnya guna menghubungi Radit. Gadis itu butuh tahu dimana Devan sekarang.
Apartemen,
KAMU SEDANG MEMBACA
Rentang Waktu [END]
Romance[ABIMANYU'S SERIES BOOK II] -Rentang Waktu- Mengisahkan tentang penyesalan seorang Devan selama 7 tahun lamanya karena memiliki keterikatan janji bodoh dengan Ayahnya. Lelaki pengecut yang mencampakkan gadis 7 tahun tercintanya hanya karena mimpi me...