25:5

1.1K 61 5
                                    

Salah paham.

Pict Rachelia Putri Adikaya (@rachel.ia)

👟👟👟

Hari pertama pekerjaannya di perusahaan sudah membuat Devan merasa lelah. Bukan hanya disibukkan dengan berbagai macam berkas atau rapat saja. Namun, dirinya juga dihadapkan oleh faktor kerapuhannya, yaitu Lisa, masa lalunya.

"Hai!" sapa Devan pada Alysa yang hendak pulang.

"Ada perlu apa, Pak?" tanya Alysa dengan profesional.

"Kamu mau pulang?" Bodoh memang pertanyaan Devan. Padahal sudah jelas gadis itu menenteng tasnya.

"Iya, Pak. Maaf, Pak, saya duluan," ujar Alysa dengan sopan.

Devan merutuki kebodohannya. Lelaki itu sama sekali tak pernah mendekati wanita lain setelah Alysa. Dan pantas jika ia tak tahu bagaimana memulai percakapan dengan seorang wanita.

Devan mengacak rambutnya frustasi, ketika sampai di dalam mobil. Namun, pandangannya langsung beralih tertuju pada ponsel miliknya.

Sabrina
Abang, beliin rujak sama sate madura, ya. Please. Akhtar lagi dinas, Bang. Boleh, ya? Sayang Abang, deh!❤

Makasih Abang❤❤

Devan menghela napasnya kasar. Mau tak mau ia menuruti permintaan adiknya itu. Toh, ini juga demi keponakannya kelak.

...

Sabrina memekik bahagia, ketika pesanannya sudah datang. Ibu hamil itu langsung menghampiri makanannya. Sementara Aksa, balita itu masih saja menggambar di sketchbook yang diberikan ayahnya.

"Kok belum tidur, sih, Dek? Udah lumayan malam loh," ucap Devan.

"Belum ngantuk, Bang. Lagian aku mau ngajak Abang nemenin aku periksa kandungan. Aku nggak dibolehin Akhtar pergi sendiri. Apalagi Pak Wana lagi cuti," ujar Sabrina sembari melahap makanannya.

"Em, gimana, ya? Boleh, sih. Tapi, cium dulu ini," goda Devan sambil menyodorkan pipinya ke arah Sabrina. Belum sempat merajuk, Aksa langsung mencubit Devan dengan keras.

"Argghh! Sakit, Aksa!" ucapnya sedikit membentak.

"Salah sendili! Bibilnya Bunda cuma milik ayah, Asa, sama dedek. Om Devan nggak boleh!" rajuk Aksa membuat Devan gemas. Lalu, ia menggendong Aksa dan menciuminya.

"Ya udah, yuk! Aksa ikut Bunda periksa, kan?" tanya Devan. Aksa hanya mengangguk.

Butuh waktu sekitar setengah jam untuk sampai di rumah sakit. Setelah keluar dari mobil, mood Sabrina menjadi kesal. Ibu hamil itu tidak suka macet.

"Udah dong, Sa. Kenapa, sih? Kaya nggak kenal Jakarta aja kamu ini," ujar Devan seraya mengelus kepala Sabrina. Sementara, Aksa sudah tertidur di gendongan Devan.

"Ck! Yaudah, deh!"

Mereka segera masuk ke dalam. Tangan Sabrina yang tadinya berada di dadanya sudah berganti merangkul lengan sang kakak dengan manja.

⭐️

Mata lain yang melihat, tampak begitu lara. Sakit di hatinya yang belum pudar malah bertambah mekar. Gadis dengan balutan jaket jeans itu malah keluar rumah sakit.

Air mata yang sudah tak terbendung, kian meluruh.

"Gue kira lo bakal memperbaiki semuanya. Ternyata lo balik cuma buat nambah luka gue. Gue sadar gue kalah cantik sama cewek itu, tapi setidaknya lo bilang kalo udah berkeluarga!!" pekiknya keras, membuat Rafa yang ingin mendekat mengurungkan dirinya.

Rentang Waktu [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang