3x3x3

540 31 6
                                    

Setitik nila yang kian memudar,

👟👟👟

Lelaki dengan sekaleng susu beruang yang digenggamnya itu tengah berpikir keras. Walaupun pandangannya yang kosong seakan menatap suasana kota pagi ini ternyata tengah memikirkan nasib seseorang.

"Van? Lo makan dulu, gih! Abis itu minum obat lo," ujar gadis yang baru saja masuk ke kamar apartemen Devan.

"Nanti aja, Len. Gue masih kenyang, lagian ini juga udah minum susu," ujar lelaki itu tanpa melihat ke arah Alena.

Alena mendecak. Perintah gadis itu selalu ditolak oleh Devan. Padahal, ia begitu khawatir dengan keadaan lelaki itu. Bahkan, dia menjadi kesal dengan Alysa yang selalu menjadi pusat pemikiran Devan sampai lelaki itu lupa dengan kondisinya sendiri. Bagaimana tidak kesal? Ini sudah seminggu Devan memerlakukannya seperti ini.

"Serah lo! Kesel sendiri gue," ujar Alena kesal. Gadis itu sudah putus asa untuk membujuk sepupunya.

Baru keluar sebentar dari kamar sepupunya, pintu apartemen kini terbuka. Di sana menampakkan lelaki yang cukup Alena kenal. Namun, bedanya lelaki itu tampak letih dengan napas yang terengah-engah.

"Lo kenapa, Dit?" tanya Alena yang bingung.

"Gu—gue mau ketemu sa—sama Devan. Ini penting," ujar lelaki itu dengan napas yang masih ngos-ngosan.

"Ada apa, Dit?" tanya Devan. Lelaki itu sudah keluar dari kamarnya.

"Gue tahu penyebabnya. Sekarang lo ikut gue, deh!" ajak Radit. Tanpa menunggu lama, Devan langsung berangkat.

"Lo jaga apartemen, ya, Len. Kalo nggak betah, lo pulang ke rumah Papa juga nggak papa," ujar lelaki itu. Seakan tak siap dengan pernyataan Devan, gadis itu hanya mengangguk.

👟

"Jangan sentuh Dela!!" pekik gadis itu. Ia tak suka adiknya disentuh oleh lelaki sejahat Rega.

Rega hanya tersenyum sinis. Lelaki itu seakan puas menyiksa gadis yang sama sekali tak dicintainya.

"Kenapa nggak boleh? Nggak ada larangannya, 'kan?" tanya Rega guna menggoda Alysa.

Gadis dengan tampilan yang sudah acak-acakan itu tetap melindungi adiknya. Selama itu pula Alysa mengumpulkan keberanian. Setelah lelaki itu mendekat, Alysa langsung meludahinya.

"Kalo bukan gara-gara ibu sama adik gue, gue nggak sudi jadi boneka lo kaya gini!" bentak Alysa. Sementara, Rega memejamkan matanya sembari mengelap ludah gadis itu.

"Fakhri!" teriak Rega yang membuat pria paruh baya itu masuk ke salah satu kamar di club itu.

"Ada apa, Bos?" tanya Fakhri, ayah dari kedua gadis itu.

"Urus anak sulung lo itu!" perintah Rega dengan tegas. Tanpa berlama-lama, Fakhri langsung menggiring Alysa keluar. Gadis itu memberontak seakan tak ingin meninggalkan adiknya dengan lelaki brengsek itu.

"Lepasin, Yah! Lepas! Kasihan Dela!!" teriak Alysa dengan air mata yang mengalir deras.

"Diem kamu! Ini cara yang bisa Ayah lakukan agar tetap bebas dan tentunya dapat uang banyak. Beruntung bukan kamu yang jadi mangsa Rega," ujar Fakhri dengan santainya. Gadis itu berubah marah. Ia ingin sekali menampar pria paruh baya di depannya, tapi ia tak memiliki cukup tenaga.

Rentang Waktu [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang