7x5

548 28 4
                                    

Penghujung detik yang tersisa,

👟👟👟

Alena sudah kembali ke negaranya. Gadis itu harus segera menyelesaikan sekolah pascasarjananya diluar negeri, di negaranya sendiri tentunya.

Tak ada yang memasak untuknya? Tentu bukan Devan, lelaki itu sudah mendapat seseorang yang akan menyiapkan makanan untuknya. Alysa, gadis itu berada di apartemen Devan sekarang. Gadis itu terpaksa tinggal di sana karena kontrakan yang lama sudah dihuni orang lain. Apalagi dia sendiri, adik dan ibunya memilih untuk tetap pulang.

"Pagi, Sayang!" sapa Devan yang tentunya mengagetkan Alysa yang tengah memasak. Apalagi lelaki itu langsung memeluknya dari belakang.

"Ngagetin aja, deh! Minggir dulu! Aku mau masak!" protes gadis itu. Namun, sama sekali tak dihiraukan oleh Devan. Lelaki itu malah menciumi pipi Alysa.

"Devan!!" geram gadis itu. Devan terkekeh dan melepas pelukannya. Ia langsung lari menuju meja makan agar tak kena pukul oleh Alysa.

"Maaf, Istriku!" goda Devan. Alysa hanya tersenyum mendengarnya. Pipinya sangat panas dan merah sekarang.

"Aduh! Kok pipi istriku merah gitu, sih?" goda Devan lagi dengan diakhiri kekehan renyahnya.

"Berisik!" semprot Alysa. Gadis itu kembali fokus pada nasi gorengnya.

Alysa menatap Devan dengan tatapan penasarannya. Mata itu tak lepas dari Devan yang tengah menguyah nasi gorengnya.

"Em, enak nggak?" tanya Alysa. Gadis itu tak yakin dengan masakannya sendiri. Pasalnya ia sudah lama tak memasak sendiri.

Devan mengangguk dengan masih menguyah makanan di mulutnya. Lelaki itu mengacungkan jempolnya tanpa berkata.

"Enak, kok. Masih sama kaya dulu," ujar Devan setelah meneguk segelas air putihnya.

"Sayang?"

Alysa menoleh, gadis itu merona kembali. Ingin rasanya mengumpati Devan karena terus membuatnya seperti ini.

"Kenapa? Butuh apa lagi?" tanya Alysa yang mati-matian menahan rasa malunya.

"Dasi aku belum, hehe. Masih di atas ranjang," ujar Devan diakhiri kekehan.

"Yaudah, aku ambilin dulu," balas gadis itu. Devan hanya tersenyum melihatnya.

Tak lama, Alysa kembali dengan dasi di tangannya. Gadis itu langsung memasangkan dasi itu ke leher Devan. Ia tahu betul jika Devan akan meminta untuk dipasangkan.

"Udah." Tangan Alysa terlepas dari leher itu. Devan tersenyum sekali lagi. Lelaki itu langsung mencium pipi Alysa sekilas.

"Makasih, Sayang," lirihnya. Lagi-lagi Alysa merona.

"Berangkat, yuk!" ajak Devan, Alysa langsung menganggukinya.

Keduanya langsung keluar apartemen. Di sepanjang perjalanan sampai basement, lelaki itu tak pernah melepaskan genggamannya pada Alysa.

"Nanti jangan cari aku, ya. Aku nggak bisa nemenin kamu tinggal di sini. Kamu bisa pake kamarku kalau mau tidur. Aku mau pulang dan aku nggak mungkin terus-terusan tinggal berdua sama kamu, apalagi kita belum nikah," jelas lelaki itu sembari membukakan pintu mobilnya.

Rentang Waktu [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang