KISAH DELAPAN LANGKAH

546 21 0
                                    

Dulu, kita pernah punya kisah,

👟👟👟

Alysa mengedarkan pandangannya ke sekeliling kantin fakultas seni. Ia baru tahu jika Devan juga kuliah di universitas yang sama dengan dirinya.

Dengan sebuah jaket yang mahal di genggamannya membuat semua pasang mata menatapnya tak percaya. Gadis dengan balutan sederhana, mana mungkin punya jaket yang begitu mahal seperti itu.

Pandangan percaya diri Alysa, kini sudah menjadi menunduk malu. Namun, sebuah tepukan di bahunya membuat gadis itu mendongakan kepalanya.

Lelaki di depan Alysa tersenyum. Hal itu membuat kantin semakin riuh. Alysa kembali menundukkan kepalanya. Mengerti semua hal itu, Devan dengan cepat menarik tangan Alysa untuk keluar dari kawasan kantin.

"Kita mau kemana, Mas?" tanya Alysa yang kebingungan.

"Jangan panggil Mas lagi, deh. Kan kita udah kenalan waktu itu. Nama saya Devan kalau kamu lupa," ujar Devan sedikit tak senang dengan panggilan gadis yang ditariknya ini.

"Maaf," lirih gadis itu. Devan tak menggubrisnya, lelaki itu menarik Alysa sampai di parkiran di mana mobilnya terparkir.

"Masuk!" suruh Devan. Namun, hal itu tak kunjung dilakukan oleh Alysa. Gadis itu masih bingung.

"Temani saya makan dulu, saya lapar," ujar Devan lagi.

"Tapi saya cuma mau mengembalikan ini aja. Kok sekarang malah disuruh nemenin makan," protes Alysa.

"Tapi saya lapar dan saya juga tahu kalau kamu lapar. Udah masuk! Perut kamu bunyi," ucap Devan yang membuat Alysa bersemu malu. Gadis itu sudah memegang perutnya sendiri karena malu.

Tak ada pilihan lain bagi Alysa, gadis itu memilih masuk ke dalam mobil.

Hening. Itulah yang terjadi sekarang. Jika Alysa bisa jujur, ia sangat lapar sekarang. Namun, ibunya telah menunggunya untuk membantu berjualan.

"Mas, eh maksud saya Devan. Saya turun di sini saja, ya? Saya cuma mau mengembalikan ini saja. Saya masih ada urusan setelah ini," ucap Alysa dengan gelagat yang sudah menunjukkan kegelisahan.

"Emang kamu nggak lapar? Ada urusan apa, sih? Orang makannya cuma sebentar, kok." Devan terus menyangkal ucapan gadis di sampingnya ini. Ia hanya ingin makan berdua dengan gadis unik ini. Jujur hati Devan sedikit bergetar jika berada di dekatnya.

"Saya nggak punya waktu. Memang sebentar buat kamu, tapi buat saya selama itu berharga," ucap Alysa dengan kepala yang sudah menunduk.

Alysa adalah gadis yang tegar, tapi ia juga bisa menangis jika terus dipaksa seperti sekarang. Apalagi dengan orang yang baru dikenalnya beberapa hari lalu. Ia cukup mempunyai trauma.

"Ka—kamu nangis? Jangan nangis! Saya akan nganterin kamu ke tempat yang kamu mau, tapi tolong jangan nangis," ujar Devan yang mulai khawatir dengan situasi kali ini.

"Kamu mau kemana?" tanya Devan.

"Taman Tirto Agung," jawab gadis itu singkat sembari menyeka air matanya yang keluar.

Tanpa banyak bertanya, Devan langsung menancapkan gasnya ke tempat yang gadis itu tuju. Sebenarnya banyak pertanyaan yang ingin ia tanyakan, tapi ia takut gadis itu malah menangis lagi.

Rentang Waktu [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang