00:00

589 42 11
                                    

Apakah mampu jarak 4 ribu tahun cahaya bisa menyatukan kita?

👟👟👟

Sudah dua minggu lebih Alysa tak pernah bertemu dengan Devan. Antara bingung dan heran, gadis itu berpikir hebat dalam otaknya. Alysa sudah tak mencintai Devan, tapi mengapa ia masih peduli?

"Kamu kenapa, sih, Al? Akhir-akhir ini kamu malah sering melamun gitu," ujar Rega yang tampak tak diacuhkan Alysa akhir-akhir ini.

"Bukan apa-apa. Aku cuma capek aja," ujar Alysa berbohong lagi. Rega mendecak. Berulang kali ia bertanya hal yang sama, berulang kali pula ia mendapatkan jawaban yang sama pula.

"Kamu capek, ya sama hubungan kita? Kamu masih suka sama Devan?" tanya Rega yang sudah tak mampu menahan pertanyaannya ini.

Alysa menunjukkan wajah terkejutnya. Gadis itu dengan cepat menggelengkan kepalanya.

"Bukan gitu! Aku nggak capek sama hubungan kita. Aku masih menyayangkan kalo hubungan kita berakhir gitu aja, Ga," jelas gadis itu. Rega menghembuskan napasnya lega.

"Sinian!" suruh Rega sembari merentangkan salah satu tangannya. Alysa tersenyum, gadis itu langsung menyambut pelukan dari Rega. Bahkan, gadis itu menggeliat layaknya kucing kepada majikannya.

Namun, pelukan itu tak bertahan lama. Lelaki yang tengah memeluk dan mencium gadisnya mendapatkan telefon mendadak. Dilihatnya ponsel di tangannya. Lelaki itu langsung melepaskan pelukannya.

"Sebentar, ya!" ujar Rega sembari sedikit menjauh dari lingkup Alysa. Gadis itu hanya mengangguk untuk mengiyakan.

"Kenapa, sih?" gerutu Rega setengah berbisik.

"Gue butuh bantuan lo!" ujar gadis di seberang sana.

"Bantuan apa lagi, sih!? Gue udah turutin kemauan lo, ya! Dan sekarang lo mau apa lagi? Gue tersiksa kaya gini terus," ujar Rega yang tak mampu menahan emosinya.

"Ok. Gue minta maaf. Tapi, kali ini aja lo harus bawa Alysa pergi ke acara reuni besok. Dan buat kerjaan lo hari ini cukup pergi ke acara nanti malam buat temuin gue lagi," ujar gadis itu memerintah.

"Iya bawel!" Rega mulai kesal. Lelaki itu langsung memutus sambungan telfonnya.

Lelaki itu kembali ke kursinya. Tak ada kecurigaan yang terpancar di wajah Alysa. Gadis itu lebih memilih untuk hanyut ke dalam lamunannya.

...

Devan, lelaki dengan tatanan jas rapinya itu baru saja menginjakkan kaki di perusahaan yang dipimpinnya sejak dua minggu tak masuk. Baru saja memasuki ruangannya, lelaki itu dihadapkan oleh Rudi.

Seakan tak peduli, lelaki itu langsung duduk di kursi kebesarannya. Ia sudah tahu betul watak sang ayah yang akan menanyainya banyak hal.

"Kata Alena kamu sakit, sakit apa sampai nggak masuk kerja dua minggu lebih?" tanya Rudi dengan nada ketusnya. Devan menghela napasnya.

"Emang peduli apa kalo Devan sakit, Pa? Toh, Papa lebih mentingin perusahaan daripada menjenguk anak sendiri," ujar lelaki itu.

"Jaga bicara kamu, Devan! Papa sedang nggak mood buat berantem. Kerja yang bener! Kemarin-kemarin cuti terakhir kamu di tahun ini," ujar Rudi tegas. Pria paruh baya itu langsung meninggalkan ruangan putra keduanya.

Rentang Waktu [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang