Masih berharap pada ranting yang patah,
👟👟👟
Khawatir, satu kata yang menggambarkan perasaan Devan sekarang. Lelaki itu terkekang, ia tak bisa bergerak ke manapun malam itu. Bahkan, sampai saat ini dia hanya bisa berbaring di kamarnya sembari memikirkan keadaan gadisnya.
"Arrghh!" keluh Devan yang kian frustasi dengan kondisi hati dan pikirannya sendiri.
Gadis yang sedari tadi mengintip hanya bisa mendecak. Gadis itu kesal sendiri dengan sikap sepupunya yang selalu menomorsatukan gadisnya daripada kesehatannya.
"Udahlah, Van! Mending lo sarapan dulu di bawah, udah ditunggu om sama tante, ada Aksa juga," ujar Alena yang mulai geram dengan sikap Devan.
"Nanti aja, deh, Len. Gue lagi males makan," tolak lelaki itu yang kembali menutup matanya.
"Yaudah gue bakal bilang tentang penyakit lo ke Om Rudi sama Tante Sera kalo lo nggak mau makan," ancam gadis itu.
Merasa terancam, lelaki itu hengkang dari tempatnya. Ia mencoba mengejar dan meraih tangan Alena.
"Lo sekarang nggak asyik, Len! Lo nggak pernah ngerti apa yang gue rasain sekarang! Lo nggak pernah ngerti dengan apa yang terjadi semalam, bikin gue nggak tenang, Len!" ujar Devan.
"Gue ngerti, Van! Bahkan, lebih dari apa yang lo rasain! Tapi, kayaknya lo yang nggak pernah ngertiin gue, Van. Lo nggak pernah ngerti seberapa khawatirnya gue kalo lo bersikap kaya gini terus!" Gadis itu menangis, air mata sudah menggenang sekarang.
"Len? Gu—gue minta maaf," lirih Devan.
"Bahkan, lo nggak pernah ngerti seberapa takutnya gue kehilangan sepupu kaya lo, Van. Gue cuma minta lo prioritasin diri lo sendiri dan bukan maksud gue pengen lo buat lupain Alysa. Bukan itu, Van," ujar Alena dengan nada yang sedikit merendah.
"Maaf untuk itu, Len. Gue nggak pernah paham sama lo. Dan gue nggak maksud juga buat bikin lo khawatir, bahkan takut kehilangan gue," ujar Devan sembari memberikan pelukan pada sepupunya.
Semua telah mereda. Alhasil, Devan ikut sarapan bersama keluarganya walaupun sedikit terlambat. Bahkan, lelaki itu mendapat dukungan fisik dari Alena yang akan membantunya mendapatkan Alysa lagi.
👟
Alysa, gadis itu pulang ke rumah dibarengi dengan ibunya yang dibolehkan pulang. Namun, bukan hal yang aman dan nyaman, karena sebelum pulang gadis itu banyak diancam oleh Rega. Ia sangat dilarang untuk menceritakan dan berdekatan dengan Devan. Bagi Rega, Devanlah yang mampu menghancurkan segala tujuannya.
"Ibu istirahat dulu, ya! Biar Sofi yang urus semuanya," ujar gadis itu saat melihat keadaan berantakan Dela, adiknya.
"Dek? U—udah pulang?" tanya Alysa dengan tangis yang masih ditahannya. Ia menatap iba gadis yang sekarang bukan seorang gadis lagi.
Trauma dan rasa sakit itu dapat dirasakan oleh Alysa. Ia juga pernah di posisi Dela. Bahkan, pria itu lebih tua daripada Rega. Akan tetapi, dia belum sampai di posisi di mana kehormatannya telah tiada.
Alysa memeluk tubuh lemah Dela. Gadis itu memberikan usapan yang akan membuat adiknya sedikit tenang.
"Maafin kakak yang nggak bisa jaga kamu. Maaf kakak terlalu bodoh sampai kakak masuk ke perangkap lelaki bejat itu. Maafin kakak yang udah bikin masa depan kamu hancur. Ma—maaf, Dela kakak minta maaf," ujar Alysa yang dipenuhi isak tangis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rentang Waktu [END]
Romance[ABIMANYU'S SERIES BOOK II] -Rentang Waktu- Mengisahkan tentang penyesalan seorang Devan selama 7 tahun lamanya karena memiliki keterikatan janji bodoh dengan Ayahnya. Lelaki pengecut yang mencampakkan gadis 7 tahun tercintanya hanya karena mimpi me...