2.1K 106 10
                                    

Rumah sakit.

Pict Devano Raka Abimanyu (@dev_ra)

👟👟👟

Untuk kesekian kalinya, Devan pergi mengunjungi keponakan kecilnya itu. Pikirnya, Sabrina akan kewalahan jika harus mengurus Aksa, sementara Akhtar tengah dinas.

Namun, dugaannya salah. Rumah besar itu tampak sepi. Devan mengerutkan keningnya.

"Sa! Sabrina! Aksa!" seru Devan sembari membuka satu per satu bilik ruangan di rumah itu.

Namun, sebuah tangisan memecah keheningan rumah itu. Devan terperangah, ia tahu suara siapa itu. Lelaki itu langsung menaiki tangga.

"Sabrina!" pekiknya ketika melihat Sabrina yang tergeletak di lantai kamarnya.

"Bunda kenapa, Aksa? Bunda kenapa?" tanya Devan panik. Lelaki itu sudah memangku kepala Sabrina.

"Asa ndak tau, Om, hiks. Bunda tadi pusing telus jatuh, hiks," ujar Aksa dengan sesegukan. Anak lelaki itu takut terjadi apa-apa dengan ibunya.

"Tolongin bunda, Om, hiks."

"Iya, Aksa."

Devan langsung menggendong tubuh Sabrina. Langkahnya yang terburu diikuti oleh Aksa.

"Hati-hati, Sayang!" ucapnya pada Aksa yang hendak menaiki mobil. Aksa mengangguk.

Di perjalanan, Devan selalu menanyai Aksa tentang keberadaan pembantunya. Ia juga berniat untuk membuat Aksa tidak menangis lagi.

"Ayah kemana?"

"Kelja, Om,"

"Bi Ani sama Pak Wana dimana? Kok nggak di rumah?" tanya Devan lagi.

"Kata bunda meleka lagi pulang kampung. Asa ndak tau lumahnya, kata bunda jauh, Om."

"Em, nanti Aksa pas di rumah sakit jalan, ya. Om nggak bisa gendong Aksa, soalnya Om gendong bundanya Aksa. Terus Aksa jangan nakal dan nangis lagi, ya," ujarnya.

Aksa hanya mengangguk.

*

Sesampainya di rumah sakit, Sabrina langsung masuk ke ruang IGD. Sementara, Devan menunggu di luar sembari memangku Aksa yang ketiduran.

"Gimana keadaan adik kamu, Van?" tanya Sera yang baru saja datang.

"Belum tahu, Ma. Mama tenang aja, ya. Tadi Devan udah telefon Akhtar. Tapi, Akhtar bisanya pulang baru nanti malam. Semoga aja Sabrina cepet siuman, Ma," jelasnya.

Sera mengangguk. Wanita paruh baya itu duduk disebelah putranya.

"Ma, bisa titip Aksa nggak? Devan haus, mau cari minum."

"Sini. Kasihan cucu Oma, matanya bengkak pasti sedih banget," gumamnya. Wanita paruh baya itu langsung memangku cucu pertamanya.

"Devan permisi, Ma," pamitnya. Sera hanya mengangguk.

👟

Rentang Waktu [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang