√121

770 43 0
                                    

My hero.

👟👟👟

Setelah pengakuan Devan seminggu yang lalu, Alysa kian percaya. Apalagi dengan perlakuan Devan yang lembut padanya akhir-akhir ini, seakan lelaki itu sangat memuja wanita.

Tak jarang bagi Alysa untuk bermain di rumah Devan sepulang bekerja. Bukan hanya permintaan Devan saja, ini juga Sera yang meminta.

"Van?" panggil Sera kepada putranya yang masih asyik bermain PS.

"Hm, kenapa, Ma?" tanya Devan dengan mata yang tak beralih dari permainannya.

"Ck! Mulai nggak sopan kamu, ya?!" pekik Sera sambil menjewer telinga milik Devan.

Lelaki itu langsung melepaskan stik game yang tadi dimainkannya. Lelaki itu mengaduh kesakitan.

"Sakit banget, Ma! Lepasin dong, Ma! Aduhhhh!" teriaknya.

Sera mendecak. Wanita paruh baya itu melepaskan tangannya dari telinga putranya.

"Kapan kamu melamar Alysa, Van?" tanya Sera dengan nada lesunya.

Wanita paruh baya itu khawatir dengan putranya yang satu ini. Pasalnya hanya Devan sendiri yang belum berencana menikah. Sedangkan, Daffin, pria itu sudah melaksanakan pertunangan empat hari yang lalu. Tentu saja dengan paksaan Sera.

"Kenapa tanya gitu? Aku belum genap satu bulan pacaran sama Alysa loh, Ma. Apa nggak kecepetan? Takutnya Alysa malah jauhin aku karena aku terlalu ngebet," jelasnya tanpa manik candaan seperti biasanya.

"Iya, sih. Yaudah deh, nanti kamu ajak Alysa makan malam di sini, ya! Nanti Mama undang Sabrina sama Akhtar juga," pinta Sera.

"Yaudah, deh. Mama sanaan, ah! Ganggu tahu," geram Devan.

"Ck! Dasar anak jaman sekarang !" gerutu Sera. Wanita paruh baya itu harus menyiapkan makanan untuk makan malam nanti.

Devan menghela napasnya panjang. Otaknya tak bisa berpikir dengan jernih. Bayangan tujuh tahun lalu yang membuatnya berpikir dua kali jika ia akan melamar Alysa. Lelaki itu jelas tahu kesalahan terbesarnya. Intinya, ia tak boleh tergesa.

Dukk

"Aduh! Bego lo, Bang! Sakit tahu!" gerutu Devan kepada Daffin yang baru saja bergabung dengannya. Kakak sulungnya itu sudah menimpuknya dengan sandal.

"Lagian lo ngelamun mulu! Disuruh nikah, ya sama Mama," tebak lelaki itu. Devan menunduk lesu, lalu mengangguk.

"Elah gitu aja sedih! Lo enakan, nikah sama cewek yang lo suka. Sedangkan gue, gue aja nggak pernah kenal sama cewek itu. Tahu-tahu udah tunangan aja, nih!" protes Daffin sembari menunjukkan jemarinya yang terpasang cincin.

"Itu, sih salah lo! Kurang bergaul! Gue kira lo itu gay, Bang!" Devan tertawa lepas. Lelaki itu puas meledek sang kakak. Namun, tak lama kepala Devan kembali menjadi sasaran timpukan Daffin yang kesal.

"Nggak guna gue ngomong sama lo! Siniin stiknya, gue mau main," ucap Daffin geram. Sedangkan, Devan berusaha mati-matian tak tertawa lagi.

Alhasil, dua putra Abimanyu itu sudah bermain dengan PS mereka. Entah sampai jam berapa, intinya sampai mereka tertidur.

👟

Rentang Waktu [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang