7x5+3

872 37 23
                                    

Menjadikan yang seharusnya milikku menjadi miliknya,

-

Devano Raka Abimanyu

See you again - Baek Ji Young

👟👟👟

Sudah sebulan Alysa menangisi kepergian Devan. Gadis itu kini tinggal bertiga dengan keluarganya di kontrakan baru mereka. Kontrakan itu, Rafa lah yang membantu untuk mencarikannya.

Rafa, lelaki itu masih menutupi kebenaran satu lagi. Surat dan kotak beludru itu sama sekali belum diberikannya kepada Alysa. Laki-laki itu ragu, walaupun Radit selalu mendesaknya. Apalagi keadaannya semakin berubah sejak Devan meninggalkan mereka semua.

"Sampai kapan lo kaya gini? Lo harus sampein, Raf! Siap atau nggak siap, itu amanah," ujar Radit tepat di belakang Rafa yang tengah mengintip ke dalam kamar Alysa.

"Mau sampai kapan lagi? Lo harus manfaatin kesempatan ini. Apalagi dia udah bisa luluh sama lo selama seminggu ini," desak Radit lagi. Rafa menghela napasnya. Kaki-kaki itu melangkah mendekati Alysa.

"Al?" panggil lelaki itu ketika Alysa masih membelakanginya. Gadis itu menoleh sembari menghapus air matanya.

"Kenapa, Raf? Ada perlu?" tanya Alysa dengan keadaan yang lebih baik dari sebelumnya.

"Gue mau banyak cerita sama lo. Ikut gue, yuk! Gue mau ajak lo ke suatu tempat," ajak lelaki itu. Alysa sedikit mencerna perkataan itu.

"Boleh, tapi gue mau siap-siap dulu. Lo tunggu di luar aja, ya," pinta gadis itu. Lelaki itu hanya mengangguk dan meninggalkannya.

**

Atap, tempat di mana Rafa mengajak Alysa pergi. Alysa menghela napasnya. Ia merentangkan tangannya dan menengadahkan kepalanya ke langit. Ia merasakan deruan angin yang menerpanya.

Rafa tersenyum. Lelaki itu berjalan melewatinya, lalu duduk di pembatas gedung. Alysa melihatnya, lalu gadis itu ikut-ikutan duduk di sebelah Rafa.

"Mau cerita soal apa?" tanya Alysa tanpa basa-basi.

"Soal ini," balasnya singkat sembari memberikan kotak beludru serta suratnya pada Alysa. Alysa menerimanya dengan ragu.

"Ini apa?" tanya Alysa.

"Buka aja. Itu dari Devan yang dititipin ke gue buat lo," jawabnya setelahnya tersenyum. Arah pandangnya kini tertuju pada kakinya yang sengaja digoyang-goyangkan itu.

Alysa dengan ragu membuka surat itu dan membacanya. Awalnya dirinya dibawa ke langit oleh kata-kata dari Devan, tapi saat menuju ke akhir surat itu ia sudah tak dapat menahan air matanya. Ia merasa bersalah jika mengingat kelakuannya saat memilih meninggalkan Devan daripada memerjuangkannya.

"I—ini kalung yang pengen banget gue beli waktu liburan sama Devan," gumam gadis itu setelah membuka kotak beludru itu.

Pandangan gadis itu tak tertuju lagi pada kalung itu. Namun, kini malah memandang Rafa yang berada di sampingnya. Surat itu yang membuatnya seperti ini.

"Raf?" panggilnya. Rafa hanya menoleh.

"Apa harus?" tanya Alysa ambigu. Rafa hanya mengendikkan bahunya.

Rentang Waktu [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang