7x5+2

672 34 15
                                    

Nol koma satu detik terakhirku, menuju waktu yang tak terhingga.

Our Story - Ong Seungwoo

👟👟👟

Ini adalah hari ketujuh di mana hati Alysa sudah dibuat terbang oleh Devan. Bagaimana tidak, Devan selalu membuat hati Alysa berbunga-bunga setiap kali lelaki itu memberikan kejutan untuknya.

Sudahlah, ini hari di mana mereka harus bekerja kembali. Baginya, enam hari itu sudah cukup menjadikan dirinya bak ratu di kerajaan yang dibuat Devan untuknya.

Gadis itu masih saja berbaring manja sembari menggigiti ujung bantal miliknya. Wajahnya sudah tak bisa lagi diajak kompromi. Apalagi sudah seperti kepiting rebus ini.

'Hey, Tuan Putri! Cepat bangun, aku udah mau sampai apartemen.'

Begitulah pesan yang dikirim oleh Alysa lima menit lalu yang tentu saja membuat pipi Alysa semakin merona. Tak mau Devan menunggunya lama, gadis itu langsung bergegas pergi ke kamar mandi.

**

"Tumben banget mandinya lama. Pasti pas aku chat tadi nggak langsung mandi, ya?" tebak Devan dengan wajah menggodanya.

"Idih, sok tahu banget, sih!" sangkal gadis itu dengan pipi yang masih memerah.

"Pake nggak ngaku lagi. Dasar cewek," lirih lelaki itu. Namun, masih bisa didengar oleh gadis itu.

"Kenapa emang kalo aku cewek?! Kamu maunya pacaran sama cowok, ha!?" gerutu gadis itu.

"Nggak papa kalo kamu cewek. 'Kan kamu kesayangan aku. Selamanya akan seperti itu," ujar Devan yang membuat Alysa tersipu lagi. Entah apa yang dipakai Devan sampai bisa meluluhkan hati wanita dengan mudahnya.

"Yaudah, yuk! Abis ini kita ada meeting, loh," kata Devan sembari menarik tangan gadisnya.

👟

Meeting pagi ini sudah selesai, di ruangan itu hanya tinggal Devan dan Alysa yang tengah membereskan beberapa laporan dan berkasnya.

Devan tersenyum getir ketika melihat Alysa yang tampak bahagia bila di sisinya. Lelaki itu ingin bicara sesuatu, tetapi ia tak tahu harus mulai dari mana.

"Al!" panggil Devan sedikit keras agar Alysa menoleh padanya.

"Kenapa, Van? Kok wajah kamu serius banget? Ada hal penting, ya? Soal apa? Ngomong aja," ujar Alysa. Gadis itu menarik kursi untuknya duduk.

"Nanti aku nggak bisa anter kamu pulang. Abis ini aku juga ada urusan keluar sama Radit. Kamu nggak papa, kan pulang sendiri?" tanya Devan dengan hati-hati. Alysa mengerti, sangat mengerti. Gadis itu mengangguk.

"Ok! Tapi nanti malem jadi, 'kan? Aku nggak papa kalo kamu emang nggak bisa jemput. Aku bisa berangkat pake taksi, kok," jelas gadis itu tanpa rasa kecewa.

"Iya jadi, kok. Maafin aku, ya, Sayang," ucap Devan sembari mengelus punggung tangan Alysa yang berada di atas meja. Alysa tersenyum. Gadis itu mengelus pula tangan Devan guna meyakinkan lelaki itu bahwa dirinya memang tak apa harus pergi sendiri.

Rentang Waktu [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang