Luka dan hilangnya nyawa,
👟👟👟
Ponsel malang itu sudah terbanting puluhan kali. Namun, tak membuat lelaki yang tengah berkacak pinggang itu puas. Banyak panggilan yang tak dijawab oleh gadis di seberang sana. Pikiran Devan mulai tak karuan lagi.
Lelaki itu mengambil jaket dan kunci mobilnya. Namun, baru saja sampai tangga Daffin menatapnya tak suka. Lelaki itu mengintrogasi sang adik.
"Mau kemana lagi lo? Jangan bikin susah orang rumah!" ketus Daffin.
"Nggak, lo tenang aja. Gue mau ke apartemen Radit. Gerah gue di rumah," ujar Devan tak kalah ketus.
"Awas kalo sampe ada kabar yang nggak-nggak dari Jerry! Gue penggal kepala lo!" teriak Daffin yang cukup sadis.
Devan hanya terkekeh. Ia langsung keluar dan masuk ke mobilnya. Melajukan mobil sport yang ia beli dari hasil penjualan lukisan dan patung buatannya.
"Halo?"
"Hem, apaan?" tanya Radit di seberang sana.
"Gue ada perlu sama lo. Ke apartemen lo sekarang!" Devan memerintah.
"Nyusahin! Yaudah, iya! Gue ke sana," ujar Radit yang terdengar pasrah.
Devan langsung memutus sambungannya. Tak perlu waktu lama untuk sampai di tempat tujuan. Devan langsung masuk kawasan. Lelaki itu bahkan hafal dengan password unit milik Radit.
Tak lama pintu apartemen terbuka, menampilkan sosok Radit yang berantakan. Devan memandang sahabatnya itu curiga. Apalagi penampilan Radit dengan kemeja tak terkancing.
"Habis berapa ronde lo?" tanya Devan diiringi kekehan.
"Ronde pala lo! Itu galeri lo rame banget hari ini. Baru aja gue tutup. Niatnya aja gue mau istirahat," keluh Radit.
"Kasihan banget, sih! Sini sandaran di bahu gue," goda Devan lagi.
"Bangsat lo! Lo kira gue gay, apa?" protes Radit.
"Mau apa, sih lo? Buruan cerita!" suruh lelaki yang tampak lelah itu.
"Lo mandi dulu aja, deh! Gue bikin makan dulu, abis itu baru cerita," tawarnya. Wajah kusut itu berubah sumringah.
"Nah gitu, dong!" ujar Radit sebelum masuk ke kamarnya untuk mandi.
Malam ini akan jadi malam yang panjang untuk Devan mengutarakan keluh kesahnya. Dimulai dari Alysa yang tak masuk kerja sampai gadis itu tak ada kabar.
👟
Gadis yang sempat menangis itu sudah bangun dari tidurnya. Ini adalah hari pertama Alysa masuk kerja di kantor barunya. Ia sama sekali tak tahu jika ini adalah kantor cabang keluarga Rega. Pasalnya Rega yang merekomendasikannya.
"Maafin aku, Van. Pasti kamu khawatir banget. Maaf kalo kejadian enam tahun lalu terulang lagi," ujar Alysa saat melihat banyak panggilan dari Devan. Gadis itu sudah berencana untuk mengganti nomor ponselnya.
"Sofi?" panggil Soraya yang sedari tadi mengamati putrinya.
Soraya mendekat, ia duduk di sebelah putrinya. Wanita paruh baya itu mengelus kepala putrinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rentang Waktu [END]
Lãng mạn[ABIMANYU'S SERIES BOOK II] -Rentang Waktu- Mengisahkan tentang penyesalan seorang Devan selama 7 tahun lamanya karena memiliki keterikatan janji bodoh dengan Ayahnya. Lelaki pengecut yang mencampakkan gadis 7 tahun tercintanya hanya karena mimpi me...