4x4x2

518 33 2
                                    

Berbekas cukup dalam,

👟👟👟


Lelaki itu termenung di dalam kamar apartemen miliknya. Lelaki memesona itu sama sekali tak ada niatan untuk keluar dari kamarnya, walaupun sekadar makan atau minum.

"Dev, Om Rudi nelfon gue, katanya lo disuruh pulang!" seru Alena di balik pintu yang terkunci rapat itu. Tak ada sahutan di sana.

"Dev! Devan! Lo baik-baik aja, 'kan? Dev, jawab gue, kek!!" teriak Alena semakin anarkis.

Lelaki di dalam sana hanya menghela napasnya dalam-dalam. Mau tak mau lelaki itu membuka pintu kamarnya.

"Iya, gue denger. Gue bakal pulang nanti," ujar Devan dengan santainya.

"Udah minum obat?" tanya Alena khawatir.

"Nggak. Gue nggak mau. Nggak guna juga gue hidup, 'kan, Len?" ujar lelaki itu.

"Jangan gitu! Masih banyak cewek di luar sana yang bisa mendampingi lo seumur hidup lo. Emang lo nggak kasihan sama keluarga lo, sama Sabrina contohnya? Dia sayang banget sama lo, Dev. Bahkan, Bang Daffin ngelarang gue buat ngasih tahu soal sakit lo ke adek lo," jelas gadis itu.

Devan menghela napasnya.

"Nanti gue minum, sekarang gue mau mandi abis itu gue bisa pulang," ujar lelaki itu sebelum menutup kembali pintu kamarnya rapat-rapat.

Alena mendecak kesal. Gadis itu merasa kecewa lagi, bahkan lebih kecewa dari pertemuannya kemarin dengan Alysa. Pantas saja Alysa mengatakan hal demikian kepadanya, ternyata wanita itu telah mengandung anak dari Rega.

**

"Devan!" pekik Sera bahagia. Wanita itu langsung memeluk tubuh putranya yang kini jarang pulang.

"Kamu kemana aja, sih, Van? Mama khawatir sama kamu. Apalagi dari kemarin Mama telefon kamu, tapi nggak pernah kamu angkat. Kamu kemana, sih?" tanya Sera dengan menunjukkan raut khawatirnya.

"Nggak kemana-mana, kok, Ma. Devan cuma butuh istirahat, capek. Maafin Devan, ya, Ma?"

Wanita paruh baya itu mengangguk. Ia mengerti posisi Devan sekarang. Dan ia tahu betul bagaimana padatnya jadwal putra keduanya itu.

"Bang Devan!" pekik wanita yang baru saja menuruni tangga dengan piyamanya.

Devan hanya tersenyum. Lelaki itu menerima pelukan hangat dari adik perempuan satu-satunya. Pelukan yang cukup membuat tubuhnya terhuyung ke belakang.

"Kangen tahu!" keluh wanita itu setelah melepas rengkuhannya.

"Abang juga. Kok nginep? Akhtar lagi dinas, ya? Aksa gimana?" tanya Devan runtut.

"Iya, Akhtar dinas. Aksa baik, kok, masih tidur anaknya," ujar wanita itu. Devan mengangguk mengerti.

Devan sedikit bahagia karena bisa melihat dan menjenguk keluarganya lagi. Hanya sedikit! Patah hatinya akibat Alysa lebih mendominasi daripada yang lainnya.

👟

Dela masih merajuk dengan keputusan sepihak sang kakak. Dela berpikir bahwa kakaknya itu terlalu bodoh dalam menghadapi persoalan, apalagi saat menolak bantuan dari kak Devan, lelaki yang sangat mencintainya.

"Masih marah sama kakak?" tanya Alysa dengan hati-hati.

"Menurut Kakak? Kakak emang nggak pernah ngerti, ya, posisi aku?! Kakak jahat tahu nggak! Kalo Kakak selalu egois kaya gini, gimana nasib aku sama anak aku ini, Kak?" geram Dela.

Rentang Waktu [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang