6x5+1

535 35 3
                                    

Cincin ini sudah tersemat indah di jari manis kiriku,

👟👟👟

Wanita itu mengobrak-abrik seisi ruangannya. Panik, hal yang menggambarkan wanita itu kali ini. Tak jarang wanita itu berteriak marah.

"Lo kenapa, sih, Sha? Lo cari apa, sih?" tanya lelaki yang baru saja masuk ke dalam ruangan itu.

"Lo ada lihat map warna hijau nggak?" tanya wanita itu tanpa memandang Rega.

"Map hijau? Nggak, tuh! Emang isinya apaan? Sepentingkah itu sampai lo ngobrak-abrik semuanya?" tanya Rega lagi.

"Banget!! Itu map isinya bukti-bukti korupsi perusahaan kita di Perusahaan Abimanyu," jelas Mysha. Sontak, raut wajah Rega berubah.

"Kok bisa, sih? Lo gimana, sih, Sha!? Teledor gitu! Pokoknya gue nggak mau kere kaya dulu lagi! Nanti gue nggak bisa bersenang-senang sama cewek," ujar Rega.

"Anjir! Lo kira gue mau jadi kere!? Nggak mau, lah! Lagian Papa nggak banget mau kaya, tapi pake jalan kaya gini. Bikin ribet banget!" keluh Mysha.

Namun, Mysha ingat sesuatu. Devan! Lelaki itu pasti yang berulah.

"Gue tahu!" pekik Mysha.

"Tahu apa? Udah ketemu mapnya dimana?" tanya Rega.

"Bukan, bego! Lo manfaatin Alysa lagi! Lo harus tunangan hari ini juga! Pokoknya sebelum anniversary Perusahaan Abimanyu lo harus udah tunangan sama Alysa," suruh Mysha.

"Ih, ogah! Gue nggak suka sama cewek itu. Nggak pokoknya nggak!" tolak Rega. Hal itu langsung mendapat sentilan di dahi lelaki itu.

"Lo bego atau gimana, sih?! Dikasih yang enak nggak mau! Lo harus tahu, gue pikir map itu hilang karena diambil sama antek-antek si Devan. Nah, kalo lo tunangan sama Alysa, lo lebih leluasa buat nyakitin cewek itu. Dan pastinya, Devan nggak akan berani lawan kita karena lo menggenggam titik kerapuhan seorang Devan. Lo ngerti, 'kan maksud gue?" tanya Mysha memastikan. Rega tersenyum, lalu mengangguk.

"Good!"

**

Rega menarik paksa tangan Alysa. Gadis itu dibawanya ke kamar, lalu memberikan sebuah gaun kepadanya.

"Pakai, dandan seadanya, abis itu langsung turun! Kita bakal tunangan hari ini!" perintah Rega dengan tegasnya.

Sementara, Alysa hanya bisa menangis saat pintu kamar itu tertutup. Ia tak tahu apa yang akan menjadi rencana Rega selanjutnya. Gadis itu tak punya pilihan lain, ia hanya tak ingin ibu dan Dela disakiti lagi.

Gadis itu menghapus air matanya. Memakai gaunnya dan merias wajahnya dengan seadanya. Tak lama, ia menuruni tangga rumah besar itu, kediaman keluarga Rega.

"Nah, ini dia tunangan Rega. Ayo dipercepat langkahnya!" ucap Mysha sembari menghampiri dan menuntun Alysa, tentu saja dengan tatapan mengancamnya.

Keduanya memasangkan cincin dimasing-masing jemari, tak ada kebahagiaan di hati Alysa maupun Soraya dan Dela. Ketiga perempuan itu tahu betul, ini adalah bagian dari rencana jahat manusia-manusia biadab ini.

Rentang Waktu [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang