Tak ada manusia sempurna, seperti halnya aku tak bisa menjadi seperti Fatimah, Khodijah,maupun Aisyah aku hanyalah wanita akhir zaman yang merindukan syurga.
🥀🥀🥀Rindu, satu kata yang mampu kuucap saat ini, satu bulan sudah aku menjadi istri seorang Faris tapi tetap saja tidak ada yang berubah dari awal seperti biasa aku melayani namun tak pernah dihargai.
Ibu ayah Nabilla rindu Nabilla rindu rumah rindu berdebat dengan Abang rasanya ingin kembali dengan mereka.Aku menyeka air mataku yang menetes sambil mengusap album foto yang menampilkan wajah ayah ibu Abang dan aku tentunya.
"Loh neng disini, bibi kira neng belum pulang kuliah"ujar bi Minah .
"Eh iya bi hari ini Alhamdulillah bisa pulang cepat"ucapku.
"Ya sudah bi, Nabilla pamit ke kamar dulu, mau sholat ashar"ucapku sambil berlalu meninggalkan bi Minah.Segera kubersihkan diriku dan menunaikan sholat agar hatiku lebih tenang.
🍃🍃🍃
Dilain tempat Faris terlihat lebih lenggang waktu bekerja nya karena pasien yang datang lebih sedikit daripada biasanya.
Duduk sambil memainkan ponselnya itulah yang ia lakukan sekarang. Hingga pada akhirnya Ridwan datang dengan wajah sumringahnya mengagetkan Faris."ASSALAMUALAIKUM, brokuh"salam Ridwan.
"Waalaikumsalam"jawab Faris malas.Faris yang sedari tadi mengamati Ridwan agak aneh dengan sahabatnya itu.
"Kenapa loe kok tuh muka udah kaya ketiban rejeki aja"tanya Faris penasaran.
"Gue habis ketemu bidadari surga yang selama ini menghilang"jawab Ridwan."Bahahaha,"timpal Faris dengan tertawa.
"Eh nggak percaya, nanti kalau gue udah kasih undangan pernikahan baru tahu"ujar Ridwan kesal.
"Iya deh iyain aja biar seneng"timpal Faris lagi.
"Emang siapa wan?cewe lu?"tanya Faris."Dia adik kelas gue waktu SMA gue pernah khitbah dia tapi dia nolak dan gue bertekad kalau gue bakal perjuangin dia lagi"jawab Ridwan.
"Udah di tolak masih aja usaha, emang kaya apasih orangnya ya fisik dan perilakunya?"tanya Faris kembali.
"Yang pasti dia itu cantik, Sholehah,baik , akhlaknya masyallah, pokoknya idaman banget lah, fisiknya dia pakai pakaian sesuai syariat Islam dengan kerudung panjang yang selalu ia jaga, ya coba aurat aja dia jaga apalagi gue" jawab Ridwan panjang lebar.
"Oh, namanya siapa?tunjukin fotonya coba gue pengin liat"ujar Faris.
"Nggak ada, enak aja nanti loh kesemsem lagi,"timpal Ridwan.
"Dasar, woy namanya siapa?"tanya Faris lagi.
"Namanya,...."belum sempat Ridwan menjawab ada panggilan untuk Ridwan karena ada pasien.
"Nanti gue cerita lagi gue pamit dulu, wassalamu'alaikum" salam Ridwan berlalu meninggalkan Faris.
🍂🍂🍂
Tok…tok…tok
"Assalamualaikum"salam seseorang yang berada dibalik pintu."Iya sebentar"jawabku menanggapi.
Aku berjalan kearah pintu untuk menanggapinya."Maaf mbaknya siapa ya?"tanyaku.
"Ini benar rumahnya Faris ?"tanyanya padaku.
"Iya benar"jawabku."Oh iya saya Rani tunangannya Faris"ucapnya sambil mengulurkan tangannya padaku.
Tunggu, Rani fikiranku mencoba memutar memori tentang nama ini, setahuku Rani berpakaian minim terlihat di dalam foto yang mas Faris punya, tapi sekarang dia berubah pakaiannya gamis dengan kerudung pashmina yang pas sekali menutupi tubuhnya. Perlu kuakui dia cantik,
"Saya Nabilla istri mas Faris"jawabku sambil menyambut uluran tangannya.
"Oh kamu ternyata istri mas Faris"ujarnya bernada mengejek menatapku tak suka.
"Mari masuk kak"tawarku padanya.
"Iya terimakasih"jawabnya sambil berlalu pergi kedalam rumah ku.
"Kak, mau minum apa?"tawarku lagi.
"Minum apa aja yang penting jangan dikasih racun"jawabnya ketus.
Tak menjawab aku langsung pergi ke dapur membuatkannya minuman.
Sakit, itulah yang aku rasakan bagaimana aku nantinya jika Rani sudah datang apakah mas Faris akan meninggalkan aku, apa aku yang akan menyerah.
Baru satu bulan tapi rasanya masalah datang begitu banyak, sakit memang mencintai sendiri.Harus kuat nabilla, aku menyemangati diriku sendiri.
"Bismillah"kataku sambil membawa nampan berisi minuman.
"Ini kak minum…nya"napasku tercekat seperkian detik melihat pemandangan yang ada di depanku saat ini, air mataku luruh, bagaimana tidak mas Faris dengan santainya memeluk bahkan sesekali kali mencium pipi mbak rani, sementara denganku dia tak pernah seperti itu, lalu apa gunanya dia menghafal Al-Qur'an, apa gunanya ia sholat.
"Saya permisi"kataku setelah menaruh nampan berisi minuman.
Harusnya aku sadar aku hanyalah perusak kebahagiaan mas Faris rasanya hati ini sakit sekali.
Lima belas menit sudah, aku mengurung diri dikamar, rasanya kaki ini enggan keluar.
"Nabilla…buka pintunya"
Aku tersentak apa itu mas Faris apa dia sadar, tapi rasanya tak mungkin.Cklek
Ku buka pintu dengan wajah yang masih menunduk mencoba tidak menatap nya karena takut."Ada apa mas?,"tanyaku.
"Rani akan tinggal disini untuk beberapa hari, aku harap kamu mau menerima dia"pintanya.Baru aku akan memohon agar dia pergi dari rumah ini tapi dia akan tinggal disini, ya Allah apa aku kuat. Rasanya tak mungkin.
"Hanya untuk beberapa hari saja"ucapnya kembali.
"Terserah mas"jawabku sekenanya sambil kembali ke kamar.
Air mata ini tak henti hentinya mengalir aku bingung dengan mas Faris, apakah dia nggak punya hati? Atau sebegitu hina dan rendahnya aku Dimata dia.
Aku harus terima semua ini, ini adalah takdir yang Allah gariskan untukku insyaallah aku ikhlas.
Maafkeun lama update, tunggu next chapter ya.…
Afwan typo
KAMU SEDANG MEMBACA
Skenario Allah yang Terindah (END)
General Fiction[HARAP FOLLOW SEBELUM BACA] My first story ya, maaf kalau bagian bagian awal rada amburadul, bakal direvisi setelah cerita selesai, [mohon hargai setiap part dengan bintang] Enjoy this story gaes, PLAGIATOR MENJAUH, yang plagiat, istighfar dan ingat...