Yuhu come back nih...
Intinya aku bahagia, walaupun tidak tahu nanti ada luka lainnya atau tidak,
~• Nabilla Zahratussalma •~
Melamun, itulah hal yang kulakukan sekarang, pikiran ini masih tertuju pada kata kata tajam yang mbak Lidya lontarkan, apakah kesalahanku begitu besar dimatanya? Air mataku luruh tak terduga,
"Bill, mau beli aja makan siangnya? Apa kamu mau masak?"tanya mas Faris masuk kedalam kamar kebetulan aku sedang berada di kamar,
Aku segera menunduk dan menghapus air mataku, pipiku juga masih perih ternyata,
"biar Billa masak aja mas"jawabku serak membuatnya terduduk menatapku,
"kamu nangis lagi?"tanyanya memegang daguku menatapnya.
"nggak kok mas, tadi cuma kelilipan aja"alibiku,
Mas Faris masih setia menatapku penuh selidik,
"ya udah mas Billa mau masak, sekalian mau ambil salep ada kan mas?"kataku beranjak meraih khimar instan berwarna navi dan memakainya,
"oh iya mas sampai lupa, pipi kamu sayang, ya udah biar mas yang salepin, ayo"ajaknya mengamit tanganku,
Mas Faris nampak sibuk sendiri dengan baskom, air hangat, handuk kecil tak lupa juga salep, sementara aku hanya duduk manis memperhatikannya,
Semuanya telah ia siapkan, dan ia kini duduk di depanku mengompres pipiku dan sesekali meniupnya,
"awss, "ringisku saat usapan handuk kecil dari tangan mas Faris mengenai pipiku,
Mas Faris langsung mengangkat handuk itu dari pipiku, "pasti sakit yah,"
"nggak apa apa kok mas, nggak sakit cuma perih aja"timpalku dengan seulas senyuman mencoba untuk merasa kuat didepannya.
Dia menonyor kepalaku membuatku kesal dan geram, "kok ditonyor sih mas"
"lagian kamu, 'nggak sakit kok mas cuma perih', itu sama aja, sakit itu saudara kembarnya perih!"ujarnya menirukan suaraku tadi.
"kok mas Faris tau dia saudara kembar?"tanyaku tertarik dengan guyonan recehnya itu.
"ya tau lah mas Faris yang temenin ibunya lahiran"ucapnya dengan mengusap pipiku kembali,
"loh emang ayahnya kemana mas?"tanyaku tersenyum geli dengan cerita lawak ini.
"ayahnya nggak tau tuh pergi kayaknya"jawabnya dengan santai menanggapi lelucon unfaedah.
"ibunya siapa mas?barangkali Billa kenal,"ujarku kali ini dengan tawa yang hampir menyembur.
"ibunya namanya luka"kata mas Faris menanggapi.
"hahahaha,garing tua nggak!"ucapku ternyata memancing lelucon lainnya karena aku terpeleset dengan kata 'tau',menjadi 'tua'
"garing masih muda belum tua sayang"timpalnya santai dengan mengoles salep untuk pipiku.
"ish, kan tadi kepleset mas,"kesalku dengan manyun.
"kepleset?emang licin ya disini?"tanya mas Faris dengan menahan tawa.
"masss Faris ngselin"ucapku menggembungkan pipi dan meninggalkannya sendiri, aku segera beranjak dan membuat makanan untuk makan siang,
"yeay kamu kalah,"ejeknya agak keras,
"mas bantuin yah masaknya"tawarnya mengambil alih kangkung untuk dicuci,
"terserah.. "ketusku dengan manyun,
KAMU SEDANG MEMBACA
Skenario Allah yang Terindah (END)
General Fiction[HARAP FOLLOW SEBELUM BACA] My first story ya, maaf kalau bagian bagian awal rada amburadul, bakal direvisi setelah cerita selesai, [mohon hargai setiap part dengan bintang] Enjoy this story gaes, PLAGIATOR MENJAUH, yang plagiat, istighfar dan ingat...