4. Keputusan (Faris)

5.8K 412 5
                                    

"seorang wanita dinikahi karena empat perkara, karena hartanya, keturunannya, kecantikannya, dan karena agamanya, maka pilihlah karena agamanya niscaya kamu akan beruntung"
~~~

       Hari ini, hari yang sangat melelahkan bagi Faris, bagaimana tidak? Sudah seharian ini ia berkutat dengan alat-alat medis ditambah lagi dengan banyaknya pasien, sampai-sampai ia belum menyentuh makanan sedikitpun. Rasa laparnya terkalahkan oleh rasa lelahnya. Meskipun begitu ia tak pernah lupa kewajibannya sebagai umat Islam.

"Huft........"Helaan nafas kasar terdengar dari mulut Faris, sambil terduduk melepaskan segala penat.

     Diraihnya dan dilihatnya foto wanita kesayangannya itu yang terpampang di depannya.
"Mengapa kamu  pergi meninggalkanku tanpa memberikan penjelasan sedikitpun kepadaku ran?" Ucapnya sambil mengusap foto itu dengan lembut.
"Apa mungkin tidak ada lagi rasa cinta di hatimu untukku?sehingga kamu pergi meninggalkanku"ujar Faris bernada sedih, dan kemudian menaruh kembali foto wanita itu ditempat semula.

        Rania Putri atau kerap disapa Rani, gadis cantik yang berhasil memikat hati seorang dokter muda yang terkenal dengan ketampanannya siapa lagi kalau bukan Gani Al Farisi. Wanita yang menetap dihati Faris sampai saat ini. Namun sayangnya hubungan keduanya tidak mendapatkan restu dari orangtua Faris. Dan saat ini Rani pergi entah kemana tanpa memberikan sepatah katapun kepada kekasih hatinya itu.

🍃🍃🍃

"Woy, gue cariin kemana-mana juga taunya disini, nggak balik loe?" Ujar Ridwan dengan suara keras mengagetkan Faris yang sedari tadi duduk di kursinya dengan mata terpejam.
"Berisik banget sih loe, masuk-masuk bukannya ngucapin salam malah teriak-teriak, peduli apa loe sama gue?"timpal Faris kesal.
"Oh iya lupa gue"jawabnya cengengesan.
"ASSALAMU'ALAIKUM" Teriaknya tepat ditelinga Faris.
"Gila loe,loe mau bikin gue budeg?"jawab Faris sedikit emosi.
"Kan gue udah ngucapin salam, jawab dong"ucap Ridwan sambil beringsut duduk disofa yang ada di ruangan Faris.
"Wa'alaikumussalam"jawab Faris dengan nada malasnya.
"Ris, makan yuk laper nih"ajak Ridwan.
"Males, udah malem juga gue mau pulang"jawab Faris mengambil tas dokternya.
"Nggak asik loe, katanya besplend"ujar Ridwan seperti anak kecil.
"Au ah,gue balik dulu ya, Wassalamu'alaikum"salam Faris meninggalkan Ridwan.

Drtt.......Drtt.......Drtt.....
     Saat hendak membuka pintu ponsel Faris berdering mengisyaratkan adanya sebuah panggilan. Diambilnya ponsel dari dalam saku celananya.
Dilihatnya ponsel tersebut dan tertera nama 'papah', diterimanya panggilan itu dengan malas.
"Assalamu'alaikum Faris"ujar seseorang     diujung sana.
'Wa'alaikumussalamam, kenapa pah?"jawab Faris dengan nada malas.
"Kamu masih di rumah sakit apa udah pulang?"tanya papah Faris disebrang sana.
"Masih di rumah sakit pah,ini baru mau pulang"
"Oh....kalau gitu kamu mampir kesini yah sebentar ada yang mau papah bicarakan"
"Ya pah nanti Faris kesana"pungkas Faris sesabar mungkin.
"Wassalamu'alaikum"ucap Faris menutup sambungan telepon tanpa membiarkan papahnya menjawab salam.

Dilanjutkan langkahnya keluar rumah sakit menuju rumah orang tuanya.

🚐🚐🚐

15 menit sudah Faris menembus keramaian lalu lintas ibu kota.

"Huh....akhirnya sampai juga"syukur Faris sambari melepas sealtbetnya.
"Assalamu'alaikum pah...mah..."panggilnya sambil mengedarkan pandangan mencari mamah dan papahnya.
Tidak ada sahutan dari keduanya akhirnya Faris memutuskan untuk duduk diruang keluarga sambil memainkan ponselnya.
"Wa'alaikumussalam"jawab papah dan mamahnya bersamaan.
Faris yang sedari tadi memainkan ponsel mendengar sahutan tersebut langsung berdiri dan mencium punggung tangan orang tuanya bergantian.

"Oh iya pah, tumben- tumbenan nyuruh Faris kesini?"tanya Faris penasaran.
"Papah mau membicarakan masalah perjodohan kamu dengan anak temen papah,gimana kamu udah ada keputusan?"

Faris terdiam seketika mendengar kata perjodohan dari mulut papahnya.Ia berusaha untuk mengingat tentang hal itu.
"Bagaimana aku bisa lupa akan hal itu?"gumam Faris nyaris tak terdengar siapapun.

"Emmmm...memangnya anaknya seperti apa pah?"tanya Faris kepada sang papah.
"Papah juga belum liat anaknya, tapi papah yakin dia anak yang baik soalnya orangtuanya baik-baik, kebetulan kan orang tuanya sahabat papah jadi papah ngga ragu buat jodohin kamu sama dia, kamu ngga perlu khawatir"jelas Aryo ( papah Faris).
"Tapi kan pah, belum tentu sifatnya sama, sama orangtuanya, kita harus....."ucap Faris tak selesai
"Papah mohon sama kamu nak, kamu nggak mau kan jadi anak durhaka?"pinta papah pada Faris.

Faris nampak berfikir, karena jujur saja saat ini dihatinya masih ada Rani perempuan yang sangat dicintainya.
Tapi disisi lain ia sangat sayang kepada papahnya ia tak ingin papahnya kecewa.
Aku harus terima perjodohan ini demi papah.

"Bismillahirrahmanirrahim, insyaallah Faris menerima perjodohan ini."terangnya sedikit kecewa.
"Alhamdulillah"ucap kedua orangtuanya senang.
"Tapi Faris kamu yakin kan dengan hal itu?"tanya mamahnya
"Iya mah"jawab Faris singkat.

"Mah, pah Faris pulang dulu yah udah jam 9 malam "ucap Faris sambil melirik jam tangannya.
"Ya sudah,kamu hati hati pulangnya dan terimakasih nak sudah menerima perjodohan yang papahmu ajukan."pungkas mamah senang .
"Iya mah sama-sama."jawabku terpaksa.

Faris segera meninggalkan rumah orang tuanya sambil mengucapkan salam dia mengendarai mobil ,di pagar rumah ia berpapasan dengan seseorang wanita.

"Siapa dia, nggak biasanya ke rumah papah." Gumamnya didalam hati.
"Tapi biarkanlah bukan urusanku juga."pungkas ku tak perduli.

Skenario Allah yang Terindah (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang