12. Sakit yang tak pernah usai

5.2K 360 5
                                    

"Tak ada perempuan yang tak menangis bila hatinya tersakiti begitupun aku, apakah tak ada satupun rasa untukku lalu aku itu apa dimatamu hanya patung atau hanya pembantu, aku harap kau tidak menyesal jika suatu saat nanti aku menyerah"

~~~
Hari ini masalah begitu bertubi-tubi, aku terduduk dengan menatap keadaanku di depan cermin, wajah pucat, bagian bawah mata menghitam, kantung mata membesar rasanya ini bukan aku.
Melihat keadaanku seperti ini aku langsung mendaratkan polesan make up tipis agar kulitku terlihat lebih segar, aku harus berubah mau aku dikatakan wanita agresif ataupun apa itu, aku harus tetap bisa mengambil hati seorang Faris,
Aku beranjak kebawah untuk menyiapkan sarapan.

"Harus semangat bismillahirrahmanirrahim" kataku semangat.

Setelah kurang lebih 30 menit aku berkutat dengan peralatan dapur akhirnya makanan pun telah tersaji di meja.
Hari ini aku memasak semur ayam dan tempe goreng.

Kini saatnya untuk memanggil mas Faris untuk sarapan.

"Mau kemana kamu, cepat ambilkan makanan untukku aku sudah terlambat"ujar Faris dengan nada ketusnya.

Aku yang masih kaget hanya terdiam.

"Hey, kamu tuli kah cepat ambilkan" katanya kembali kali ini dengan tatapan tajamnya.

"Iya mas maaf"jawabku sambil mengambilkan makanan untuk mas Faris.

"Pagi sayang"sapa Rani manja.

"Pagi juga"jawab mas Faris sambil tersenyum.

Rani mengambil alih tempat dudukku harusnya aku yang berada di samping mas Faris.

"Ini mas makanannya"kataku

"Aku juga dong tolong ambilkan itu, nasi sama ayamnya laper"rengeknya.

"Ambil sendiri bisa kan kak, kakaknya kan masih punya tangan"timpalku kesal.

Enak saja menyuruhku sesuka hatinya memangnya dia siapa dan apa peduliku.

"Heh kau ini hanya ditampung disini, dan kau tidak pantas bersanding dengan seorang Ghani Alfarizi, paham.dasar udik"cacinya.

"Terserah mau bilang apa"kataku sambil melanjutkan menyuapkan makanan kedalam mulutku.

Pranggg
Suara dentingan kini berubah menjadi suasana panas bak dentuman.

"Sudah mulai berani kamu ya, hah"marah Faris dengan berjalan mendekati Nabilla.

"Kau tau kekasihku ingin diambilkan makan jadi tolong ambilkan saja tidak lebih apa susahnya?hah!"pekik Faris.

"Maaf mas, akan aku ambilkan"jawabku

"Tidak perlu, aku sudah tidak nafsu makan, dan kalau aku sakit perut kau adalah orang pertama yang akan aku salahkan"ujar Rani dan pergi keluar.

"Sayang kamu mau kemana?"tanya Faris pada Rani.

"Mau keluar cari makan"jawab Rani.

"Ini semua gara gara kamu"ujar Faris dengan tatapan tajamnya.

"Sini ikut aku"pinta Faris sambil menarik ujung Khimar yang kini dipakai oleh Nabilla.

Skenario Allah yang Terindah (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang