Nabilla POV
Hari hari yang aku jalani selama satu Minggu ini benar benar membuat kepalaku pening, sungguh hari hari yang begitu melelahkan, dan membebankan pastinya tepatnya lusa akan diadakan akad nikah pernikahanku.
Dan sesuai jadwal abangku akan berangkat ke Kairo hari ini dan Abang sudah berjanji kepadaku bahwa aku akan ikut mengantarnya ke bandara sebelum aku berangkat ke kampus."Dek cepatan nih Abang udah siap, nanti ketinggalan pesawat nih aduh"ucap Abangku sambil melirik jam tangannya.
"Jadi ikut ngga sih"gerutunya.
Aku yang masih bersiap langsung menjawab, "iya sabar bang".Langsung kuturuni tangga yang menghubungkan kamarku dengan ruang tamu.
"Bu, hafiz pamit berangkat dulu ya, ibu jaga kesehatan ayah juga, jangan lupa check up ke dokter sesuai jadwal hafiz ngga mau ayah kenapa-kenapa"tutur abangku sembari berpamitan dengan ayah dan ibu.Aku melihat bang hafiz, ia terlihat menyeka air matanya sambil menunduk sedih.
Sedangkan aku juga ikut merasakan kesedihan yang Abangku rasakan, berat memang rasanya jauh dari keluarga apa lagi orang tua terutama ibu."Kamu disana juga hati hati jaga diri baik-baik,doakan adikmu ibu dan ayahmu."nasihat ibu pada Abang hafiz.
"Iya bu, pasti, ibu ngga usah khawatirin hafiz, insyaallah hafiz bisa jaga diri"timpal abangku.
"Ibu sama ayah nggak bisa nganter ke bandara, kamu sama adek kamu aja yah?"tutur ibu.
"Iya Bu ngga papa ko."timpal Abang kembali.
"Ya udah Bu hafiz berangkat dulu , assalamualaikum"ucap Abangku sambil meraih dan mencium punggung tangan ibu dan ayah.Dalam perjalanan aku hanya termenung menatap ke luar jendela, aku sedih karena dihari pernikahanku nanti tidak ada Abang hafiz, Abang yang selalu ada kapanpun.
"Heh kenapa kok sedih gitu, biasanya aja nggak pernah tuh sedih,malah seneng kan abangnya nggak ada."tuturnya sinis.
Ku beralih menatap Abang sendu
"Abang ko ngomongnya gitu sih, Nabilla tuh sedih tau nggak sih, nanti lusa kan Nabilla nikah trus nggak ada Abang nanti kalau Nabilla kenapa-kenapa gimana? Nabilla takut bang,"jawabku sambil sedikit menangis.
"Hei ko malah jadi nangis, belum juga sampai bandara hadeuh"kata abangku.
Hiks hiks aku makin menangis, dan langsung memeluk abangku.
"Ya Allah sejak kapan adek Abang ini jadi manja sih, kayanya musuh Abang udah lunak hatinya jadi nggak perlu debat lagi udah pasti kalau debat bakal menang"ucap Abangku sambil terkekeh.
"Abang"panggilku.
"Ada apa adeku sayang"jawab Abang ku sambil mengusap punggungku.
"Emang harus ya berangkat sekarang"tuturku.
"Iya dede, soalnya lusa Abang ada ujian, tapi tenang aja Abang akan selalu kabarin kamu kok"ucapnya padaku.
"Janji loh"timpal ku sambil menatap abangku.
"Janjiiii"jawab abangku.Waktu sangat tak terasa kami sudah sampai di bandara, selama perjalanan aku tak henti hentinya menangis baru kali ini terasa sangat berat untuk melepaskan Abang berangkat.
"Udah nangisnya Abang udah mau berangkat pesawatnya udah siap."kata abangku.
Aku masih belum menjawab masih ku benamkan wajahku ke pelukannya, untuk sedikit meringankan beban hidupku.
"Hati hati ya bang"jawabku sendu, sambil melepas pelukannya.
"Udah jangan nangis, nggak malu apa tuh diliatin orang orang, kaya anak TK tau."tutur abangku meledek.
"Ihh Abang mah."timpalku kesal.
"Berangkat dulu yah adek manis nya Abang, jaga diri"pamit abangku.
"Assalamualaikum"sambung abangku sambil mengucapkan salam dan menyodorkan tangannya kepadaku.
"Waalaikumsalam"jawabku seraya menerima sodoran tangan Abang.
Kulihat Abang sudah berjalan meninggalkanku, huh lelah.Segera kutinggalkan bandara menuju ke kampus, aku harap tidak telat.
🍂🍂🍂
"Assalamualaikum"salamku saat memasuki kelas.
"Waalaikumsalam"jawab Nindy, Mella, dan Aisyah.
"Kenapa,?kok mukanya udah kaya baju belum disetrika."tanya Nindy santai.
"Abangku udah berangkat."jawabku sedih.
"Tumben, biasanya aja kamu nggak sampai begini kalau bang hafiz berangkat, jangan lebay deh"timpal Mella.
"Iya kok tumben sih aneh deh bila kamu"sambung Aisyah.
"Nggak tau juga, akhir akhir ini aku merasa aneh aja, penginnya dideket abangku terus, kaya bakalan ada hal yang nggak mengenakan terjadi, perasaanku nggak enak aja. Apa mungkin ini menyangkut pernikahanku lusa"ucapku panjang lebar menjelaskan perasaanku saat ini.
"Kamu itu lebih baik doa aja, jangan mikirin yang nggak nggak, tau nggak pepatah mulutmu harimaumu, memangnya kamu mau semua yang kamu omongin itu kejadian."ucap Nindy ketus.
"Iya iya kalian juga doain aku, trus pokoknya kalian harus Dateng lebih awal nanti,"kataku akhirnya.
"Pasti tenang aja deh,nggak usah khawatir"jawab Aisyah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Skenario Allah yang Terindah (END)
General Fiction[HARAP FOLLOW SEBELUM BACA] My first story ya, maaf kalau bagian bagian awal rada amburadul, bakal direvisi setelah cerita selesai, [mohon hargai setiap part dengan bintang] Enjoy this story gaes, PLAGIATOR MENJAUH, yang plagiat, istighfar dan ingat...