27. Perihal Rasa

5K 373 21
                                    

Nisa come back lagi, mumpung lagi lancar otaknya nih, happy reading sayang 💕💕

Aku hanya wanita yang ingin mengharapkan cinta dari mu hanya itu tak lebih, karena aku sudah terjerembam dalam dekapan frasa cinta yang kau tak suguhkan,aku nyatanya harus mencari sendiri bukan kau yang menghidangkan,

~• Nabilla Zahratussalma •~

Aku bergegas masuk ke kampus dan berjalan menuju kelas, tentu saja tidak dengan air mata, namun dengan semburat tawa yang merekah,
Aku duduk dan membaca buku tebal yang berada ditanganku sambil menunggu sahabat sahabatku,

"assalamualaikum ukhty"salam Aisyah dan beringsut duduk di depanku,

"Waalaikumsalam"jawabku.

Aku yang melihat Aisyah teringat ucapan ibu yang entah itu benar atau salah, bahwa ibu akan menjodohkan bang Hafidz dengan Aisyah sementara bang Hafidz sudah mempunyai calon sendiri yaitu mbak Lidya.

"Bill, aku dengar bang Hafidz udah pulang ya dari Kairo?"tanyanya dengan pipi yang memerah.

"iya, tapi ngggak sempet syukuran gede gedean cuma ngundang keluarga deket aja, kenapa emangnya?"kataku sambil meneruskannya dengan pertanyaan.

"nggak apa apa kok, ehm Bill"ujarnya memanggilku.

"iya kenapa syah, ada masalah?"tanyaku.

"kamu keliatannya udah bahagia banget ya?"ucapnya sambil tersenyum.

"alhamdulillah syah,"syukurku.

Dia hanya mengangguk kemudia ia mengambil sesuatu dari dalam tas nya.

"ehm Bill, a-aku titip ini ya buat abang kamu, sama bilangin selamat atas kelulusannya"ujar Aisyah sambil menyerahkan kotak berukuran sedang berlapis kertas kado berwarna emas.

Aku memincingkan mata, merasa ada yang aneh dengan Aisyah yang terlihat begitu gugup,

"hayo loh Aisyah, ketahuan"ledekku,

"maksudnya apa sih Bill?"tanyanya sambil menggaruk tengkuk untuk mengurangi kegugupannya.

"kamu suka ya sama bang Hafidz"tuduhku membuatnya menjengit kaget.

"e-enggak kok"jawabnya gugup.

"alah terus aku percaya gitu, kelihatan tau dari cara kamu ngasih kado, muka kamu merah, dan satu lagi kamu gugup banget pas aku tanya kamu suka bang Hafidz"pungkasku membuatnya memerah.

"Bill jangan keras keras dong ngomongnya, nanti kedengeran teman sekelas kan berabe"ucap Aisyah sambil memberi isyarat dengan berkata sedikit berbisik.

"jadi bener?"tanyaku penasaran.

"aku nggak tau Bill, tapi aku sebut nama bang Hafidz disepertiga malam, tapi beneran Bill jangan ngomong ya sama bang Hafidz, aku cuma berharap selanjutnya biar Allah yang ngatur semua"katanya panjang.

"boleh sih, tapi jangan terlalu cinta sama ciptaannya tapi cintalah sama penciptanya, karena semua akan indah pada waktunya percaya deh"ujarku menatapnya sambil tersenyum.

Skenario Allah yang Terindah (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang