20. Kairo, kegilaan lain, dan bahagia.

5.7K 401 33
                                    

Warning part panjang lagi ya jangan bosen bacanya 💜💜💜

Kebahagiaan ini mungkin hanya sesaat, namun aku berharap kau bisa mengenaliku lebih dalam, dan membuatmu jatuh sejatuh jatuhnya kepadaku, aku ingin kau selalu ada disini menemani setiap langkahku, setidaknya lupakanlah sejenak dirinya, ada aku yang harus kau bahagiakan sejenak

~Nabilla Zahratussalma~

Kini aku dan mas faris sedang sama sama memandang atap atap ruangan mas faris dengan santai menyandar di sofa yang bertengger manis di ruangan tersebut,

"kamu tadi bawa makanan kan?"tanyanya mengitrupsi.

"ehh iya mas Billa lupa pasti mas faris laper ya maaf ya mas,"jawabku sambil beranjak dan menyiapkan makanan yang ku bawa.

"ini segini cukup mas?"kataku menunjukkan nasi yang berada di piring yang sudah ku ambil.

"tambahin lagi dua porsi dijadiin satu"ujarnya membuatku terbengong dan berfikir apakah suamiku ini begitu lapar setelah baku hantam? Entahlah.

"terus ini lauknya yang Billa bawa mau semuanya?ayam, capcai, sama tempe?"tanyaku lagi.

"ehm"jawabnya sambil mengangguk dengan kepala yang masih menyender di sofa.

"ini mas"ucapku sambil menyodorkan makanan yang telah kusiapkan.

"kamu mau apa?"tanya mas faris.

Aku yang sedang mengambil makananpun menoleh dan berkata "mau makan mas, kan ini bawa banyak juga"

"nggak usah"katanya

Hah, apa apaan mas faris sengaja aku membawa makanan banyak malah dia tidak membolehkan aku makan, eitss tapi ternyata dia belum selesai bicara ternyata

"nggak usah ambil sendiri sini satu piring sama mas"tawarnya dengan senyum yang begitu menawan.

Aku hanya mengangguk canggung, gugup! Itulah yang aku rasakan sekarang jantung oh jantung tolong bisa berkompromi kali ini.

"Aaa"ucapnya sambil menyuapiku nasi menggunakan tangan secara langsung, aku sungguh tidak percaya kulkas itu begitu manis kali ini, ingin aku hentikan waktu sampai disini.

Disela sela kami memakan makanan aku teringat ibu, iya aku belum memberi tahu mas faris soal wisuda bang hafidz.

"mas bisa nggak kalau besok kita ke kairo?"tanyaku menunduk takut.

"nggak bisa, emang ada apa?"katanya santai tanpa beban.

"ya allah mas bang hafidz wisuda masa cuma dateng aja nggak bisa"ujarku dengan memberengut kesal.

"seberapa penting wisuda bang hafidz?"tanyanya sambil mengunyah makanan.

"hah seberapa penting?ya jelas lah penting gimana sih mas, aku cuma minta ke wisuda mas hafidz kok nggak minta yang lain, lagian cuma 2 bulan mas faris ngebahagiin aku kok susah banget, aku janji mas akan pergi setelah 2 bulan,"ujarku dengan sesegukan karena menangis.
Sungguh suamiku tak punya hati.

Tak kunjung mendapat jawaban darinya akupun beranjak sambil menyeka air mata yang terus mengalir, untuk membereskan bekas makanan dan pamit pulang, tapi aku terasa tersengat listrik tiba tiba karena sebuah tangan kekar melingkar dengan erat di pinggangku seolah menahanku agar pergi.

Skenario Allah yang Terindah (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang