21. ada luka diatas tawa.

5.3K 412 27
                                    

Part panjang lagi gaiss.

Menjadi prioritas seseorang adalah impian, namun bagaimana caranya agar menjadi prioritasnya? Dekatilah orang itu, ambil hatinya hiduplah bersamanya, selalu ada untuknya maka tanpa kamu sadari dia akan mengubahmu menjadi seseorang yang sangat berarti dalam hidupnya.

¤ aksarannisa ¤

Kami telah berada didalam pesawat, pesawat akan segera menembus awan kurapalkan doa sebelum pesawat itu terbang, mas faris dia saat ini duduk disampingku pandangannya  hanya lurus kedepan tidak menoleh sedikitpun sampai pesawat kami menembus awan aku berfikir jika mas faris terpaksa ikut ke kairo, harusnya aku tak memaksa jika hasilnya mas faris hanya diam tanpa kata.

"mas faris terpaksa ya, ikut ke kairo?"tanyaku memandang manik matanya yang sulit terdefinisikan kata.
i

a tak menjawab apapun, akupun hanya menghela nafas.


"dasar kulkas, ditanya dieemmm aja"gumamku lirih dengan kesal.

"mas dengar apa yang kamu bilang"katanya mengalihkan pandangan bukan ke aku melainkan ke majalah yang ada didepannya.

Aku tak menanggapi omongannya itu,

"dosa ngomongin suami sendiri dibelakangnya, kenapa nggak didepan mukanya langsung sih?"ujarnya dengan tatapan masih ke arah majalah.

"maaf mas, bukan maksud billa kayak gitu"kataku sendu sambil menunduk.

Mas faris kini menaruh majalahnya,dan beralih mengambil tanganku untuk digenggamnya.

"tanganmu dingin, apakah kamu kedinginan?"tanyanya sambil meniup niup tanganku mencoba mengurangi rasa dingin yang ada padaku.

"nggak kok mas biasa aja"ucapku singkat dan datar.

"tetaplah bersikap agresif seperti kemarin kemarin, mas suka"ujarnya kini beralih menatapku.

Pipiku sudah merah, sungguh hawa panas mendadak menjalar diwajahku, tak kuat akhirnya aku hanya memalingkan muka kearah jendela dan melihat semesta.

"apakah langit lebih tampan dari mas suamimu ini?"tanyanya.

"iya dia bahkan lebih lebih lebih tampan darimu"ucapku masih dengan menatap ke luar.

"sini, kalau kamu ngantuk disini tidurnya"ucapnya sambil menepuk bahunya sendiri.

Aku hanya tersenyum sejujurnya bingung, harusnya aku senang tapi malah aku tambah sakit meningat nantinya aku akan berpisah dengannya.

Nyaman, satu kata yang dapat kudefinisikan sekarang, aku mencoba menyelami aroma maskulin tubuh mas faris yang sungguh membuatku damai.

"ehm mas tadi pertanyaanku belum dijawab"kataku yang kali ini memainkan kancing kemeja yang mas faris gunakan, dia tidak marah juga.

"yang mana?"tanyanya sambil mengernyitkan dahi.

"ish"ucapku reflek memukul dadanya.

"ehh maaf mas reflek"ujarku merasa bersalah.

"nggak apa apa, pukulanmu itu nggak ada apa apanya"ucapnya terkekeh.

Skenario Allah yang Terindah (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang