35. Kapan Bisa Bahagia?

4.5K 367 25
                                    

Hay semuanya, Nisa come back maaf lama banget yah, Nisa lagi sibuk,
Tapi nanti Nisa usahain buat up lagi, doain lancar jadinya bisa nyapa kalian terus...

Seperti biasa jangan jadi siders, Nisa mohon....

Nisa juga ngetik ini pake mikir kali, minta bintang aja susahnya... Hmm

Oke,,happy reading all

Kapan aku bahagia?mengapa harus selalu ada luka? Apa aku tak pantas mendapatkan itu semua?

~• Nabilla Zahratussalma •~

Sudah tiga hari ini aku dirawat di rumah sakit tanpa keluar kamar rawat sedetikpun, ditambah kakiku yang tidak bisa berjalan membuatku benar benar merasa tidak berguna, aku menghela nafasku dalam menyeka air mata yang tumpah tiba tiba,

"assalamualaikum Bill"salam kak Ridwan, aku mendongak tak enak karena disini aku sedang sendiri mas Faris sedang menangani pasiennya,

"Waalaikumsalam kak"jawabku serak dan tersenyum kearahnya,

Dia mengambil alih tempat duduk disampingku menatapku lamat, aku yang merasa risih hanya menunduk,

"maaf kak, jangan natap Billa kaya gitu, bukan mahram nggak enak"ujarku menunduk,

Dia gelagapan dan mengalihkan pandangannya ke arah lain, "maaf Bill"

"gimana keadaan kamu?dede baik baik aja kan, nggak nakal?"tanyanya terkekeh,

"nggak kok om, dede kan baik hati"ucapku menanggapinya dengan suara seperti anak kecil,

Kak Ridwan tersenyum, "jangan sedih ya Bill, kalau kamu butuh teman bisa hubungi kakak"

"siap kak"timpalku sambil menunujukkan jempolku,

"kamu mau apa? Ngidam gitu?biar kak Ridwan beliin, lagian Faris lagi ada pasien kan, kalau nggak diturutin kan nanti dedenya ileran"ucapnya terkekeh,

"aish... Kak Ridwan doain anak aku ileran?"tuduhku dengan air mata yang hampir tumpah,

Kak Ridwan tampak panik dengan keadaanku yang hampir menangis, aku juga tidak tau moodku tak tentu,

"eh... Nggak kok Bill, bukan begitu, masa iya om nya doain ponakannya kaya gitu"ujarnya membenarkan,

"ya udah, tapi Billa mau sesuatu,"kataku sambil cemberut.

"iya deh kamu mau apa?"tanyanya,

Sejujurnya aku ingin memeluk kak Ridwan tapi mana mungkin, yang ada nanti mas Faris bisa marah besar, aku tidak tahu kenapa tiba tiba ingin memeluk kak Ridwan, jika dilakukan bisa perang dunia ketiga dong, apalagi aku dan kak Ridwan bukan mahram,

"nanti nunggu mas Faris sebentar ya"ujarku memohon,

"oh okedeh,"timpalnya dan mengambil ponsel pintarnya untuk dimainkan,

Aku mendengus kesal dia kemari tapi tidak mangajakku ngobrol malah memainkan ponselnya, "kak Ridwan kesini mau jenguk Billa apa main Hp sih"

"oh...maaf Bill, hehe biasa kalau udah pegang Hp ya gini deh"ucapnya menaruh Hp nya ke dalam saku,

"sebenernya siapa yang udah buat kamu kayak gini ya Bill"ucapnya sembari berpikir,

"aku juga nggak tau kak, bingung"tuturku menanggapinya,

Kak Ridwan nampak berpikir keras,"oh iya memang kamu berangkat sama siapa?"

"sama mbak Lidya"jawabku singkat,

Skenario Allah yang Terindah (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang