26. Tak Terduga

5.2K 396 26
                                    

Happy reading kesayangan Nisa:)

Aku akan bertahan sebisa mungkin, aku tidak akan manyerah sampai keadaan menuntutku untuk meninggalkanmu, dan jika ada suatu hal yang membuat kita terus bersama itulah takdir dari Allah agar kita menjadi teman hidup until jannah.

~• Nabilla Zahratussalma •~

Setelah perjalanan dari rumah ayah dan ibu yang membutuhkan waktu kurang lebih 20 menit aku sudah terkapar diatas kasur sekarang, memikirkan tentang mbak Lidya yang sedari tadi menghantui otakku, dengan menatap langit langit kamar dan memainkan rambutku yang tergerai aku selalu berfikir positif semoga saja bukan mbak Lidya bukan wanita yang disukai bang Hafidz.

"baju mas belum kamu siapkan?"tanyanya setelah keluar dari kamar mandi,

Aku menepuk dahiku bagaimana aku bisa lupa, pasti kan mas Faris akan sholat isya.

"eh iya mas biar Billa siapin dulu,"ucapku beranjak ke arah lemari dan memilah milah baju koko serta sarung.

"nah ini, ini mas baju koko sama sarungnya"kataku menyerahkan bajunya.

"kamu kenapa sih Bill?kalau ada masalah ngomong aja sama mas"ujarnya sambil memandangku.

"nggak ada kok mas, yaudah Billa mau wudhu dulu yah"kataku dan langsung pergi ke kamar mandi.

Aku melesat kedalam kamar mandi untuk berwudhu dan mengganti pakaian tidur, kali ini aku menggunakan setelan pakaian tidur panjang bergambar kerropi, huh pasti keluar bakal kena ledek sama mas faris.
Aku langsung mengambil posisi dibelakangnya sebagai makmumnya,
Mas Faris memandangku sambil menahan tawa yang kalau tak ditahan bisa bisa mnyembur.

Aku yang sedang memakai bawahan mukenah mendengus sebal "kenapa sih emangnya mas sama pakaian aku? Bagus kan?"

"hahaha, lucu kaya anak SD udah kamu pendek masih imut gitu mukanya, mas berasa menikahi anak dibawah umur kan kalau kayak gini"katanya sambil tertawa.

"iya Billa emang kaya anak kecil, belum DEWASA"timpalku sambil menekankan kata 'dewasa'.

"emang iya kaya bocil"tambahnya membuat kesalku sudah sampai ubun ubun.

Aku tak menghiraukannya, dan lebih memilih memakai atasan mukenah yang tadi belum terpakai dengan mode ngambek.

"kok diem sih nggak asik"ucap mas Faris terkekeh.

"cepetan sholat"ajakku singkat dengan muka kesal.

"iya, udah siap kan?"tanyanya.

Aku mengangguk mengiyakan ucapannya.

"Allahu akbar"

Kegiatan sholatpun selesai, aku langsung bergegas menuju sofa yang ada di kamar dan berkutat dengan setumpuk tugas yang harus diselesaikan.
Sebenarnya malas karena moodku berantakan ditambah mas Faris tadi yang meledekku, sungguh kepalaku sangat pening, tapi ya mau bagaimana lagi.

"makannya kalau punya tugas itu cepet diselesainnya"tegurnya sambil melepas peci dan merebahkan diri di ranjang dengan smartphone ditangannya.

Skenario Allah yang Terindah (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang