18. Setia bersua dengan air netra

5.2K 379 22
                                    

"lembaran itu kini terisi tinta yang melukis klausa begitu menyayat jiwa, kini lembar putih itu sudah tak suci lagi, ternodai oleh lelehan air netra yang tak kunjung mencapai harsa, hanya renjana yang dapat bersua dengan sanubari yang bersendu ria"

~aksarannisa~

Melamun itu yang aku lakukan kali ini, ragaku memang baik baik saja namun sanubari ini begitu sakit,namun tak berdarah
kembali dengan sarapan sendiri,

Aku masih mengaduk aduk nasi goreng yang seharusnya sudah melesak kedalam indra pengecapku, rasanya tak ada selera lagi untuk sekedar memakan sarapan yang ada di depanku.

Air mataku lagi dan lagi turun tanpa permisi, bagaimana nantinya?

Drett dretttt

Terdengar bunyi dari gawaiku, segera ku ambil, tertera nama disana

'my mom 💗'

Langsung kuangkat dan kudekatkan ponsel itu ketelingaku yang saat ini tertutup khimar berwarna merah maroon.

"assalamualaikum billa? "salam ibu.

"waalaikumsalam"jawabku agak serak karena menangis.

"kamu kenapa bill? Habis nangis?"tanya ibunya disambungan telepon.

"billa nggak apa apa kok bu, cuma lagi batuk sedikit,jadi agak serak suaranya."jawabku sekenanya.

"oh,kirain ada apa, kamu udah di kampus?"tanya ibunya lagi.

"belum bu, masih di rumah kenapa memangnya?"tanyaku balik.

"nggak, ibu kira kamu udah di kampus jadinya kan ibu takut ganggu kamu kuliah, ibu cuma mau bilang nanti lusa kamu bisa nggak ikut ke kairo, kakak kamu kan wisuda, bisa yah nanti kamu juga ajak faris kita berangkat sama sama" kata ibu dengan membujuk.

"loh bukannya wisudanya masih satu bulan lagi ya bu?"tanyaku bingung karena yang aku tau wisudanya memang masih bulan depan.

"iya bill, dimajuin wisudanya jadinya bulan ini"jawab ibu.

"billa nggak tau bu, tapi nanti billa usahain tapi kalau mas faris nggak ikut, ya billa nggak ikut bu, kan istri harus selalu ada dibelakang suaminya dan harus nurut sama suaminya kan bu?"ucapku memberi pengertian.

"ibu tau, ibu bangga sama billa tetep kaya gini ya nak, nurut sama suami kamu"ujar ibu dengan bangga.

"insyaallah billa akan selalu seperti ini bu,"kataku meyakinkan "(semoga aja billa nggak nyerah bu) "lanjutku dalam hati.

"ya udah nanti kalau udah ada keputusannya kamu kabarin ibu lagi ya?"pinta ibu padaku.

"iya bu, nanti Billa kabarin lagi ya, billa ini mau berangkat kuliah"timpalku dengan melirik kearah jam digital yang tergantung di dinding.

"kamu hati hati, belajar yang bener, ibu tutup ya telfonnya wassalamualaikum" ucapnya memberikan wajangan sebelum menutup telepon.

"waalaikumsalam"jawabku,

Kini jari jariku sedang tergerak diatas sebuah aplikasi angkutan umum, ya seperti biasanya aku berangkat menggunakan ojek online.

Skenario Allah yang Terindah (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang