"kamu tau, aku sudah jengah bisa saja mungkin menyerah, senja kini begitu menyakiti tak biasanya dia seram tapi kini begitu ingin tumpah"
Faris, dia yang sepanjang jalan diselimuti oleh rasa khawatir yang begitu mendalam, tapi bukankah dia tak cinta? Tapi mengapa dia merasa bersalah? Mengapa dia merasa khawatir? Entah apa yang dia pikirkan saat ini, yang jelas ia ingin segera pulang melihat keadaan istrinya itu,
Istri? Ah mungkin salah.Membelah hujan itu yang ia lakukan, bahkan ia mengendarai mobilnya dengan kecepatan diatas rata rata.
Tak butuh waktu lama kini ia telah sampai ke rumahnya itu.
Dengan tergesa gesa dia berlari, "assalamualaikum bi minah"
Tak kunjung ada jawaban dia menuju dapur, dilihatnya seorang puan yang beberapa bulan ini membersamainya.
"eh mas faris? "ucapku sambil berjalan mendekatinya.
"assalamualaikum mas"ucapku dengan mencium tangan mas faris dengan takzim.
Dia tak menjawab sedetik kemudian jantungku hampir mau copot, mas faris dengan tiba tiba menenggelamkan tubuhku di dada bidangnya, aku terkesiap sekarang, dia benar benar memelukku dengan erat saat ini "kamu nggak apa apa?saya khawatir "
'heran banget kemarin pakeknya aku sekarang saya ah terserah mas faris aja deh'
"ehmm, billa nggak apa apa kok mas"ucapku menormalkan detak jantung.
Eitss tapi tunggu dulu, mas faris khawatir?
"eh apa apaan kamu peluk peluk saya"pekiknya sambil mendorongku hingga aku terbentur sudut meja.
"awss"rintihku.
"saya khilaf tadi, lain kali jangan cari kesempatan kamu"tegasnya berlalu pergi ke kamar.
Khilaf? Apa tidak salah dasar lelaki aneh untung sayang.
Tempe bacem, sayur lodeh, udang krispi plus sambal sudah tertata rapi di atas meja tinggal menunggu suaminya itu turun untuk makan.
Terlihat mas faris dengan tampannya memakai kemeja berwarna navy dengan lengan yang dilipat sampai siku, dipadukan dengan celana dan sepatu yang begitu pas, plus tas dokter dan sneli yang saat ini bertengger manis di bahunya.
"apa liat liat"pekiknya, "saya tau saya tampan"sambungnya terkekeh.
"makan dulu mas"tawarku.
"hmm"jawabnya dengan deheman dan langsung menempati kursi didepanku.
"kalau shift malam pulang jam berapa mas? "tanyaku dengan mengunyah makanan.
"jam 6 pagi"jawabnya datar.
"oh terus mas faris shift malam setiap hari apa? Emang ada ya yang priksa malam malam? Terus kalau mas faris laper gimana? Terus ka.... Hmm"tanyaku bertubi tubi hingga mas faris menyumpal mulutku dengan udang goreng.
"kamu itu kesambet? Habis kehujanan kok malah cerewet, berisik! Ini pekerjaan saya kamu tidak perlu tahu dan tidak harus tau, paham"ucapnya penuh penekanan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Skenario Allah yang Terindah (END)
General Fiction[HARAP FOLLOW SEBELUM BACA] My first story ya, maaf kalau bagian bagian awal rada amburadul, bakal direvisi setelah cerita selesai, [mohon hargai setiap part dengan bintang] Enjoy this story gaes, PLAGIATOR MENJAUH, yang plagiat, istighfar dan ingat...