34. Luruh dan Lumpuh

5.7K 392 25
                                    

Hay maaf banget Nisa up nya lama, lagi sibuk eaa bukan sok sibuk loh ya, harusnya kan hari ahad tapi baru bisa sekarang maafin Nisa oke? Sebagai gantinya Nisa up panjang bet  5000 kata, so jangan jenuh bacanya,

Budayakan vote sebelum baca, jangan tunggu Nisa nangis baru vote,

Duka ini terlalu dalam, tapi tenang saja aku masih bisa terima apapun itu, kelak nanti akan ada balasan yang setimpal, aku percaya itu,

~• Nabilla Zahratussalma •~

Garis takdir, yang membawaku sekarang. Sebuah rasa cinta yang hadir membuatku bertahan disampingnya meskipun kesakitan acap kali kurasakan,

Aku duduk beriringan dengannya sambil bersandar didadanya, nyaman, ditemani dengan tv yang menyala menampilkan kartun berkepala botak dan kembar, menjadi deretan kartun kesukaanku,

"suka ya sama upin ipin?"tanyanya mengelus punggungku,

"hmm"

"tapi mereka botak tau"ujarnya menatap lurus kearah tv yang menyala,

"botak tapi lucu tau"timpalku mengerucutkan bibirku.

"biasa aja tuh nggak lucu"tutur mas Faris membuatku kesal.

"lucu mas.."timpalku lagi kali ini sudah beralih dari dadanya.

"nggak!"ujarnya kekeuh.

"lucu"timpalku tak terima.

"nggak"

"lucu"

"nggak"

"ish tau ah, apa sih susahnya ngalah,"kataku merajuk dan meninggalkannya menuju dapur,

"dasar kalahan,gitu aja ngambek"ejeknya, namun aku tak menghiraukannya.

Aku lapar, tapi aku malas masak ini sudah jam setengah delapan malam, minta tolong mas Faris aja lah,

Berjalan menghampirinya itu yang aku lakukan, dengan wajah masam aku memberanikan diri beringsut duduk lagi di sampingnya,

"mas"panggilku, ia tak menjawab apapun,

"mas"panggilku sekali lagi masih sama ia hanya menatap tv,

"mass"rengekku mulai menangis,

Dia masih tidak menjawab,

"terserah mas Faris aja, asal mas Faris tau Billa lapar mas, Billa pengin makan, hiks mas jahat, dasar nggak peka! Ya udah Billa mau keluar sendiri"rajukku dengan mengahapus air mataku dan menghentak hentakan kakiku menuju pintu depan,

"ya udah pergi aja sana!"ujar mas Faris tegas,

"hiks, mas jahat!"kataku kali ini benar benar sudah berjalan sendirian,

Aku mengelus perutku perlahan, "sabar ya dek, sebentar lagi sampai kok ke warung nasi gorengnya ya"

"akhirnya"helaku setelah sampai ke warung nasi goreng di komplek depan,

"satu"

"satu bang" ucapku dan dia berbarengan,

"kak Ridwan disini?"tanyaku heran.

"eh Billa ternyata, iya Bill,"jawabnya menggaruk tengkuk.

"si mas nya biasa beli nasi goreng disini neng,"ujar penjual tersebut mengintrupsi.

Aku hanya ber 'oh' ria.

Aku mengambil tempat duduk disebelahnya, sebenarnya hatiku was was bagaimana jika ada mas Faris? Huft...

Skenario Allah yang Terindah (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang