Part. 12

22.1K 1.6K 83
                                    

Anin & Arka
2

*
*
*

By; Nuryunus99

☆☆☆

Duka.

Siapa yang ingin merasakan yang namanua duka?  Tidak ada! Semua orang tidak ingin merasakan apa itu duka, meski mereka tahu akan ada datangnya rasa duka.

Merasakan kehilangan seseorang di kasihi, merasakan kehilangan orang yang di cintai dan merasakan kehilangan orang yang paling berharga di dalam hidup. Tidak ada, tak terkecuali Anin dan juga keluarganya.

Suasana duka begitu menyelimuti kediaman Athala. Seorang Ibu dan ayah kehilangan putra mereka, Dua orang kehilangan seorang kakak, seorang wanita kehilangan suaminya dan beberapa orang anak kehilangan ayah mereka.

Nafiza tak dapat menahan tangisnya saat mayat putranya antar ke rumah setelah di otopsi oleh pihak rumah sakit. Azka? Pria itu tidak sanggup melihat anaknya yang terbujur kaku di depannya. Merasa bersalah karna belum bisa menjadi ayah yang baik untuk putranya, belum bisa memberika kasih sayang penuh untuk putranya.

Tangisa pilu dari Alvira dan juga Alvaro bercampur dengan suara tangis Nafiza dan ketiga anak Anin. Ketiga anak kecil itu tidak tahu apa yang terjadi namun, melihat orang-orang menangis membuat ketiganya menangis juga.

Sementara itu di dalam kamar besar dan luas, Anin. Ia hanya bisa terdiam meratapi apa yang terjadi dalam hidupnya. Dua hari setelah menghilangnya, Arka. Beberapa polisi datang kerumah memberitahukan padanya, pada keluarga besar Athala kalau Arka Aldhinann Athala telah menjadi korban kecelakaan tunggal yang terjadi beberapa hari lalu.

Kaget? Ya, tentu saja. Anin yang menunggu Arka pulang harus mendapatkan kabar bahwa yang di tunggunya telah tiada.

Menerima apa yang di ucapkan polisi tersebut? Tentu tidak! Anin tidak percaya karna ia yakin suaminya ada di suatu tempat dan sedang bekerja. Anin yakin suaminya akan pulang ke rumah lalu memeluknya, mendekapnya, mengecupnya dan juga mengucapkan kata-kata rindu padanya.

Arkanya belum meninggal sayangnya itu hanya khayalan Anin saja karna Polisi punya bukti kalau mayat yang di temukan adalah Arka.

"Al..." Anin melirih memanggil nama suaminya

Suara ketukan pintu membuat Anin segera menatap ke arah pintu.

Natal, sahabat Anin yang menghilang hampir sebulan lebih itu kini menampakkan dirinya di depan Anin. Tangis Anin pecah membuat Natal juga ikut menagis.

"Anin..." Panggil Natal menghampiri sahabatnya yang terlihat begitu kacau. Rambut panjangnya yang biasa tersisir rapi kini terlihat berantakan, wajah cantiknya terlihat taknterawat.

"Gue..." Anin tidak bisa melanjutkan kata-katanya.

"Sabar, Nin..." Ucap Natal membiarkan sahabatnya menangis di pelukkannya.

Hanya kata sabar yang dapat Natal ucapkan, Natal bukanlah Anin yang bisa mengucapkan kata-kata yang bisa menguatkan diri.

"Dia belum pergi Nat, Gue yakin. Dia belum..."

Tangisan Anin semakin menjadi, untuk kedua kalianya Anin harus merasakan apa itu duka setelah sekian tahun lalu pernah merasakannya.

Anin kembali kehilangan sesosok yang ia sayangi dan cintai. Anin kembali kehilangan sesosok orang yang selalu memberinya kebahagiaan dan merasakan begitu di cintai.

"Nat, Jenasa Arka akan segera di bawa..." Ucap seorang wanita berhijab putih, siapa lagi kalau bukan Aisyah.

Aisyah bersama Adinda dan juga Adelia berjalan menghampri Natal dan Anin.

"Nin..."

"Nggak! Lo semua mau nyuruh gue anter jenasa orang lain?" ucap Anin menolak akan kenyataan yang ada. Anin masih percaya jenasa itu bukanlah Arka meski ada banyak bukti yang di perlihatkan padanya waktu itu. Bukti identitas Arka dan juga bukti hasil otopsi jenasa tersebut.

Hati Anin meyakini. Arkanya, suaminya, Ayah dari anak-anaknya belum meninggal. Anin yakin Arka ada di tenpat lain bukan di rumah ini dan dalam keadaan terbujur kaku.

Bukan! Itu bukan Arka.

"Mayat itu bukan Al..." ucap Anin.

"Anin.. Ayo," Ajak Adinda merangkul bahu Anin dan mengajaknya kelaur dari kamar. Jam sudah menunjukkan pukul sebelas siang, Jenasa Arka akan segera di bawa ke tempat pemakaman umum.

Selama di ajak keluar dari kamarnya, Anin hanya diam dengan tatapan kosong. Air mata wanita itu tidak henti-hentinya mengalir di kedua pipinya.

Given berjalan menghampiri Anin. Pria itu memeluk putrinya yang baru saja kehilangan cintanya untuk selama-lamanya. Given tahu, betapa sakit dan tidak ikhlasnya hati saat kehilangan orang yang di cintai. Given tahu, betapa sulitnya hati untuk menerima kenyataan yang ada. cukup, Given cukup memahami keadaan hati putrinya karna ia pun pernah merasakan hal itu. Meski bertahun lamanya berlalu tapi rasa duka itu selalu ada di hati.

"Al, Nggak mungkin ninggalin aku kan, Pa? Itu bukan Al..." tunjuk Anin pada jenasa yang sudah berada dalam keranda siap untuk di bawa pergi.

"Sayang..."

"Nggak Pa, Al nggak akan pergi semudah itu, dia punya janji sama Anin. Dia harus tepati janji dia ke Anin..." Anin menangis di pelukkan Papanya.

Nafiza, Azka dan juga ketiga anak mereka hanya bisa menatap Anin dalam diam. Untuk kali ini mereka melihat kacaunya seorang Anin tanpa Arka. Mereka terkecuali Nafiza dan juga Azka mengira hanya Arka yang begitu mencintai Anin, tapi perkiraan mereka salah. Melihat Anin yang begitu kacau dan hancur seperti saat ini membuktikan bahwa Anin juga mencintai Arka dengan besar, Anin juga merasakan hal yang Arka rasakan.

Jenasa Arka mmulai di angkat dan siap di bawa pergi, Nayla dan kedua kakaknya menjerit kuat membuat semua menatap ke arah mereka.

Sepertinya ikatan batin Ayah dan anak mulai mereka rasakan, ketiganya menahan Devan, Adit, Alvaro dan Bintang yang akan membawa pergi jenasa ayah mereka.

"Ayah..."

"Al..."

Anin dan ketiga anaknya menangis menjerit.

Adifa mengangkat Nayla sementara si kembar di bawa oleh Juan yang juga menghadiri acara pemakaman suami dari cucunya.

☆☆☆

Bersambung...

Semoga suka sama part ini 😂

Jumat, 18 Oktober 2019

Arka & Anin 2 (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang