Anin & Arka (19)

23.8K 1.9K 375
                                    

Beberapa hari berlalu. Keadaan bunda Nafiza mulai tidak membaik. Wanita itu bahkan harus terbaring lemah di dalam kamar dengan selang infus menempel di tangannya. Merindukan seseorang itu begitu menyakitkan, apa lagi merindukan seseorang yang sudah tiada.

Bunda Nafiza setiap malam menangis karna merindukan putra kedua-nya yang telah pergi untuk selama-lamanya. Ikhlas tapi sebagian hatinya belum bisa mengikhlaskan.

Arka dan Anin masih setia berdiam di kediaman Athala-Baskara. Begitupun Aisyah dan Devan, Fatan dan Alvira serta dua keluarga besar Bunda Nafiza, dan Ayah Azka. Mereka masih menetap di sana.

Setiap hari Anin hanya hisa mengelus dadanya menghadapi dua keluarga besar yang memang terang-terangan menyindir dan memperlihatkan ketidak sukaan mereka terhadapnya. Sayangnya mereka melakukan hal tersebut saat Ayah Azka, Bunda Nafiza, Arka dan keluarga inti lainnya sedang tidak bersama mereka. Bukan hanya Anin yang harus menguatkan hatinya untuk bersabar. Aisyahpun sama halnya dengan Anin. Ia tidak di sukai oleh keluarga dari suaminya.

Setiap hari Aisyah dan Anin akan duduk bersama di ruangan berbeda dengan dua keluarga besar tersebut. Mereka akan satu ruanngan jika ada di meja makan saja. Hanya itu selebihnya tidak.

"Aku ke kantor dulu sayang, Kamu di rumah baik-baik ya. Jangan terlalu capek," pesan Arka pada Anin yang saat ini sedang duduk di sofa yang ada di ruang keluarga di lantai dua.

"Iy, Kamu hati-hati. Terus jangan kemalaman pulangnya."

"Iya," jawab Arka lalu mengecup dahi, pipi dan terakhir bibir Anin. Ia lalu beranjak dari lantai dua menuju lantai satu. Anin ingin menngantar Arka sampai di depan pintu besar tapi suaminya itu tidak mengizinkannya.

"Aunty, Arka pergi ke kantor dulu." Kali Arka pamit pada Aulia dan juga Alifa. Dua tantenya yang sedang duduk di ruang keluarga yang ada di lantai satu. Kedua wanita itu sedang bersama ayah mertua mereka alias kakek Arka.

"Iya. Hati-hati sayang." Arka hanya mengangguk lalu melenggang pergi tanpa mau menatap kakeknya.

Arka sedang memiliki masalah dengan kakeknya saat ini, tepatnya tiga hari lalu setelah tiga hari meninggalnya Alvaro. Arka marah karna Kakeknya itu seenaknya membawa Anita, wanita yang pernah ingin di jodohkan dengan Arka ke rumah Ayah Azka. Keberadaan Anita di rumah membuat Arka tidak nyaman apalagi wanita itu selalu memakai pakaian mini dan hampir mencari masalah dengan Anin. Rasanya Arka ingin membawa Anin dan anak-anaknya ke rumah mereka tapi, suasana duka masih ada di rumah ayahnya apalagi keadaan Bundanya sedang tidak baik-baik saja.

"Abang, abang mau pergi kerja?" Suara Alvira terdengar membuat Arka menghentikan langkahnya. Ia berbalik dan menatap adik perempuannya. Penampilan adik perempuannya, Alvira begitu buruk sekarang ini. Berat badan wanita itu turun dan keadaanya juga ikut lemah.

Antara Arka dan juga Bunda Nafiza yang paling merasakan kehilangan adalah Alvira, saudari kembar Alvaro. Keduanya tidak terpisahkan dari kecil hingga beranjak dewasa dan Alvira menikah setelah itu memilih tinggal di rumah sederahana milik Fatan. Mereka berpisah tapi masih bisa bertemu tapi sekarang? Tidak.

"Iya." Jawaban singkat Arka membuat Alvira menganggukkan kepalanya.

Arka berjalan menghampiri adiknya. Ia mengusap wajah pucat Alvira penuh denegan kasih sayang.

"Istirahat ya, jangan lupa makan!"

"Iya. Abang hati-hati ya," ucap Alvira memeluk Arka dengan erat.

"Sudah. Abang berangkat dulu," ucap Arka lalu beranjak pergi.

Setelah Arka pergi. Anin menuruni tangga satu persatu dengan hati-hati. Pernah jatuh dan keguguran karna jatuh dari tangga membuatnya sedikit takut dan trauma saat melakukan aktivitas naik turun tangga.

Arka & Anin 2 (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang