Aku up nih, buat menemani waktu sahur kalian.Maaf ya, jarang update.
Tetap #Staydirumah biarpun mulai bosan. Mari sama-sama putuskan hubungan mantan dan pacarnya eh, salah putuskan rantai penyebaran virus Corona/Covid-19.
☆☆☆☆
Marah! Arka saat ini merasakan kemarahan yang luar biasa. Kemarahan yang siap ia luapkan pada sepasang suami istri paru baya di depannya terpaksa harus tertahan kalah mendengar suara teriakkan kesakitan dari Anin. Mata tajamnya, berubah khawatir. Dengan langkah besar ia masuk ke dalam rumah melewati dua orang yang akan kelaur dari dalam rumah.
"El... Kamu nggak papa?" tanya seraya berlutut di depan Anin
"Kamu itu..." Anin mulai mengeluarkan suaranya yang agak tertahan karna rasa sakit yang luar biasa. "Kalo mau berbuat baik, pilih-pilih orang dong, jangan orang yang nggak tahu diri malah kamu tolong,' omelnya. Tangan Anin yang memengang perut besarnya berpindah menarik rambut Arka.
Entah wanita itu sedang melampiaskan kekesalannya atau sedang melampiaskan kesakitannya. Ia terus menarik rambut Arka sementara Arka hanya meringis dan menahan rasa sakit di kepalanya.
"Gue mau lahiran goblok!" teriak serta mengumpat, itulah ia lakukan. Anin tidak bermaksud mengumpati Arka, ucapan kasar itu keluar begitu saja.
Arka langsung membopong Anin keluar dari dalam rumah dan membawanya ke dalam mobil. Sementara di sisi lain, Adinda, Adifa, Adelia, Naufal dan lainnya tampak panik. Tiga wanita berstatus nyonya Andjaya itu berlari memasuki kamar Anin dan mengambil semua barang-barang yang sudah di siapkan jauh-jaih hari untuk di bawa ke rumah sakit saat Anin melahirkan.
Anak-anak Anin dan Arka, tak terkecuali Daffa ikutan panik dan takut terjadi apa-apa dengan Ibu mereka. Ketiganya mengikuti Naufal yang menyusul kedua orang tua mereka
.
.
.Rumah sakit. Tepatnya di depan ruang bersalin, semua anggota keluarga besar, Athala-Andjaya, dan juga Juan selaku Kakek Anin itu berdiri di depan ruangan tersebut. Syok, khawatir dan takut itu yang mereka rasakan. Syok karna ada permberitahuan tiba-tiba Anin akan lahiran padahal dari jadwal yang di katakan Dokter, Anin akan melahirkan minggu depan bukan hari ini. Khawatir dan takut tentu mereka khawatir dan takut, jika terjadi apa-apa pada Anin dan calon bayi yang ada di dalam perut Anin.
Berjam-jam menunggu dengan perasaan yang campur aduk, akhirnya dua bayi yang sudah di tunggu-tunggu kelahiran mereka telah terlahir.
Anin telah di pindahkan di ruang rawat sementara dua bayi yang di lahirkannya untuk sementara harus berada di ruangan bayi dan di taruh di inkubator untuk sementara waktu. Kondisi Anin saat ini masih belum sadarkan diri. Wanita itu butuh istirahat agar setelah melewati waktu yang panjang berjuang untuk dua malaikatnya.
Arka terlihat duduk di sebelah Anin dengan tangan yang menggenggam tangan Anin, sesekali pria itu mengecup tangan yang ia genggam. Jujur saja rasa takut akan terjadi hal-hal yang tidak di inginkan olehnya masih menyelimuti hatinya, meski Anin sudah di katakan hanya perlu istirahat tetap saja ucapan Dokter padanya tidak akan menghilangkan rasa takutnya.
"Arka, kamu sudah lihat anak-anak kamu?" tanya Azka yang baru saja masuk ke dalam ruangan rawat Anin.
Arka mengangguk menjawab pertanyaa Ayahnya. Tadi ia memang sempat melihat keadaan bayi kembarnya di ruangan bayi lalu setelah beberapa menit melihat dan menyanyakan keadaan bayinya Arka langsung kembali ke kamar rawat Anin.
"Oh baguslah. Ayah kira kamu belum lihat, kira-kira sampai kapan mereka akan di ruang bayi? Ayah nggak mau cucu-cucu ayah jauh-jauh dari menantu ayah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Arka & Anin 2 (✔)
General FictionCERITA KE III ANIN Anin dan Arka sepasang suami istri yang menikah muda, memiliki tiga orang anak. Dua laki-laki yang kembar dan satu anak perempuan. Ketiganya memiliki karakter yang berbeda-beda. Ada si Daffa Adrian yang kalem seperti ayahnya, ada...