Tidur Anin terusik saat merasakan benda kecupam-kecupan kecil di wajahnya. Anin tidak perlu menebak siapa yang melakukan hal tersebut karna sudah pasti suaminya sendiri, Arka.
"Bangun, El. Daffa sama Daffi akan berangkat jam sembilan." Ucapan Arka membuat Anin segera membuka matanya. Mata keceklatannya langsung bersitatapn dengan manik hitam milik Arka yang menatapnya hangat.
"Sekarang jam berapa?" tanya Anin dengan suara khas orang baru bangun.
"Setengah tujuh. Ayo bangun."
"Iya."
Dengan bantuan Arka, Anin bangun dari posisi berbaringnya. Bukan hanya membantu Anin bangun dari ranjang, Arka juga membantu Anin untuk berdiri dan menuntun ke arah kamar mandi. Perut Anin yang semakin hari semakin besar membuat Anin kesulitan bangun dari posisi berbaring serta berdiri dari posisi duduknya.
"Sepertinya kita nggak akan tinggal di rumah ayah dulu, deh."
"Eh? Kenapa?" tanya Anin.
"Kalau di sana kamu cuman sendirian, El."
"Kan, ada keluarga kamu yang lainnya?"
Arka menggelengkan kepalanya.
"Selain, Om Kevin dan Tante Alifa, Om Fikry dan tante Aulia sama anak-anak mereka. Yang lainnya sudah ayah usir."
"Serius?" tanya Anin.
Keduanya masih ada di kamar mandi. Anin hanya akan mencuci mukanya karna pagi ini ia terlalu malas melakukan aktivitas yang namanya mandi, meski sebenarnya ia ingin merasakan air hangat yang menyentuh tubuhnya tapi ia malas untuk mandi.
"Ya, Aku tidak pernah bercanda, El."
Anin menatap pantulan wajahnya dan wajah Arka melalui cermin. Ia menata wajah Arka dengan tatapan tidak percaya.
"Ayah yang usir?"
"Ya."
"Opa__,"
"Ya, Opa juga di usir Ayah."
"Terus perempuan yang namanya A__,"
"Di usir juga."
"Eh, Serius? Opa sama yang lain nggak marah?"
"Mayu marah-pun mereka nggak bisa. Rumah ayah bukan Rumah utama keluarga Athala, jadi opa nggak bisa apa-apa karna di rumah itu ayah berhak."
Anin mengangguk-anggukkan kepalanya mendengar ucapan Arka. Ya, Mansion Athala-Baskara bukan kediaman utama Athala, Ayah Azka lebih memilih membuat tempat tinggalnya sendiri yaitu kediaman Athala-Baskara ketimbang menetap di kediaman utama seperti anak-anak pertama keluarga Athala sebelumnya. Beda dengan kediaman Andjaya yang memang menjadu kediaman utama keluarga Andjaya, dari turun menurun.
"Sudah."
Arka mengangguk dan membantu Anin keluar dari kamar mandi dan membiarkan Anin memilih pakaian di lemari.
Beberapa menit kemudian Anin sudah selesai dengan pakaiannya. Arka dan Anin keluar dari kamar dan langsung ke lantai satu tepatnya ruang makan.
"Pagi," sapa Anin pada semua yang sudah ada di meja makan. Semua membalas sapaan Anin.
"Sepertinya, Kamar kamu harus di pindahkan di lantai satu, biar kamu nggak harus naik turun tangga lagi," ucap Given.
Adit, Bintang, dan Adiva menganggukkan kepala mereka menyetujui ucapan Given.
"Bagaimana Arka, Anin. Kalian tidak keberatan kan?"
"Nggak Pa. Arka juga niatnya mau pindah kamar biar Anin nggak naik turun tangga."
KAMU SEDANG MEMBACA
Arka & Anin 2 (✔)
General FictionCERITA KE III ANIN Anin dan Arka sepasang suami istri yang menikah muda, memiliki tiga orang anak. Dua laki-laki yang kembar dan satu anak perempuan. Ketiganya memiliki karakter yang berbeda-beda. Ada si Daffa Adrian yang kalem seperti ayahnya, ada...