Kerutan di dahi Anin tampak terlihat jelas saat ini. Wanita itu bingung karna uang di dompetnya tinggal sedikit. Padahal yang ia tahu uang yang Arka berikan kemarin begitu banyak hingga memenuhi dompet merahnya. "Kok tinggal sejuta ya? Apa emang kemarin di kasih, cuman sejuta?" Bingungnya.
Salah Anin juga sih, kenapa ia tidak menghitung uang tunai yang Arka kasi padanya untuk di pakai belanja kebutuhan rumah.
"Ya udah, nanti tanya Arka aja. Gue harus belanja kebutuhan dapur dulu," ucapnya lalu berjalan keluar dari dalam kamarnya.
Anin menatap wanita separu yang sedang mengepel lantai ruang tamu. Wanita separu baya itu adalah pembantu baru di rumahnya. Seminggu setelah berita membahagiakan dari Anin dan Arka berikan untuk dua keluarga besar mereka. Nafiza mendatangkan seorang pembantu untuk membantu Anin dalam mengurus rumah, sengaja Nafiza datangkan wanita paru baya karna kalau ia mendatangkan wanita masih muda dan memiliki umur tak jauh dari Anin pasti yang ada hanya akan menjadi masalaah untuk rumah tanagga Anin dan Arka.
"Mbok Susi, Anin akan ke pasar dulu ya, mau belanja."
"Eh?" Mbok Susi tampak terkejut mendengar ucapan Anin.
"Mbok di rumah aja, takutnya kalo kita pergi sama-sama. Nanti anak-anak pulangnya pada bingung nggak nemuin kita di rumah."
"Tapi, Nyonya..."
"Nggak ada tapi-tapian. Anin pergi dulu ya, Mbok." Ucap Anin tidak mau mendengar suara protes dari wanita itu.
"Baik, Nyonya." Mengalah. Wanita itu mengalah dari pada mendapatkan masalah dengan nyonya-nya. Ia baru sekitar satu minggu bekerja di rumah Anin dan Arka. Gajinya begitu tinggi padahal jika di pikir-pikir pekerjaannya begitu ringan. Hanya menyapu atau mengepel lantai di ruang keluarga dan tamu yang ada di lantai satu, Mencuci pakaian, tapi pakai mesin cuci, mencuci piring, dan memasak. Memasak pun ada Anin jadi tidak terlalu memakan waktu lama dan banyak tenaga saat memasak.
Sementara di lantai dua, ada kamar anak-anak yang masing-masing dari pemilik kamar membersihkan kamar mereka hingga depan kamar yang berarti sampai di ruang keluarga yang ada di lantai dua di bersihkan oleh anak-anak.
Ada dua kamar yang tidak boleh di masuki, pertama kamar Daffa dan kedua kamar Anin dan Arka. Itu saja selebihnya Mbok Susi boleh masuk ke kamar yang lainnya.
Setelah meminta Mbok Susi diam di rumah, Anin segera keluar dari rumah saat akan menutup pagar rumahnya ia berpas-passan dengan Rania yang juga sedang menutup pagar rumahnya yang tepat ada di seberang rumah Anin.
Rania tidak menyapa begiu pun Anin. Anin langsung masuk ke dalam taksi yang sudah ia pesan meninggalkan Rania yang mendekus dan menatap pagar rumah Anin.
Diam beberapa menit ia pun melangkah menyebrangi jalan yang tak besar itu hingga sampai di depan pagar dan mendorong pagar besi itu hingga terbuka. Entah apa yang ingin di lakukan Rania yang pasti ia berjalan masuk ke dalam rumah hingga di depan teras. Pintu rumah tidak tertutup membuat Rania bisa melihat pembantu yang sedang mengepel lantai.
Kembali suara dengkusan terdengar, "Ck, dasar wanita pemalas. Cuman membersihkan rumah nggak terlalu besar aja harus pakai pembantu! Tudak sayang uang." Gerutunya.
"Permisi, ada yang bisa saya bantu Mbak?" Suara Mbok Susi terdengar membuat Rania tersentak dan menatap ke arah Mbok Susi.
"Ih, Jangan dekat-dekat!" Seru Rania melangkah mundur agar tidak berdekatan dengan pembantu di rumah Anin.
"Mbak cari siapa ya? Nyonya sedang tidak ada di rumah, Tuan Arka juga sedang di kantor. Jika ada yang ingin..."
"Nggak ada! Udah, ah, Lebih baik Aku pergi." Dan Rania berlalu meninggalkan Mbok Susi dengan keheranan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arka & Anin 2 (✔)
General FictionCERITA KE III ANIN Anin dan Arka sepasang suami istri yang menikah muda, memiliki tiga orang anak. Dua laki-laki yang kembar dan satu anak perempuan. Ketiganya memiliki karakter yang berbeda-beda. Ada si Daffa Adrian yang kalem seperti ayahnya, ada...