Part. 16

23.9K 1.6K 33
                                    

Anin & Arka
2

¤
¤
¤

By Nuryunus99

♡♡♡

Keadaan Anin sangat menghawatirkan saat ini, semua keluarga sedih melihatnya yang hanya duduk diam seraya menatap kosong di ruang rawatnya. Setelah semalaman tidak sadarkan diri, pagi ini Anin sudah sadar dan dengan cepat ia mengetahui apa yang terjadi padanya. Ia tahu kalau ia kehilangan calon anaknya yang baru masuk usia ke tiga bulan.

"Sayang," Given mencoba menyadarkan Anin dari keterdiamannya yang sudah cukup lama.

Suara embusan napas terdengar dari Given, putrinya tetap diam. Suara Nayla dan anak kembarnya yang memanggilnya pun, bagai angin lalu olehnya.

"Papa, Al kok belum kembali ya? Apa dia udah nggak sayang dengan Anin?" Pertanyaan Anin membuat semua orang terdiam. Nyatanya Anin belum bisa mengikhlaskan kepergian suaminya, Anin berpikir kalau Arkanya belum meninggal dan sampai saat ini ia masih menunggu Arka kembali, meski penantiannya itu bagi keluarganya hanya sia-sia belaka.

"Anin..." Panggil Nafiza.

Nafiza berjalan mendekati Anin lalu membawa tubuh Anin kedalam dekapannya.

"Jangan begini sayang. Kasihan anak-anak," ucap Nafiza.

"Anin kangen Al, Bun. Anin kangen.."

Semua diam. Mereka tidak tahu harus mengatakan apa. Keadaan Anin benar-benar sedang tidak baik-baik saja. Selain merasakan duka karna kehilangan Arka, dan luka yang di alami Anin karna jatuh di tangga, ternyata Anin mengalami depresi dan itu sudah hampir sebulan berjalan semenjak mendapatkan kabar kematian Arka. Dan bodohnya mereka, mereka tidak menyadari kejanggalan yang ada pada Anin karna kesibukkan masing-masing.

Dalam hal ini, Nafizalah yang paling merasa bersalah, ia terlarut dengan duka kehilangan anaknya hingga lupa kalau ada yang lebih kehilangan darinya. Seharusnya Nafiza menghibur Anin. Menemani Anin yang dalam keadaan duka yang di rasakannya itu, tapi Nafiza tidak melakukannya.

Suara tangisan Daffa dan Daffi terdengar membuat para keluarga menatap ke arah pintu. Terlihat anak kembar Anin berlari menghampiri ibu mereka dan memeluknya seolah tahu apa yang harus di lakukan keduanya.

"Kalian sudah pulang?" tanya Anin dengan kedua tangan yang terulur mengusap pipi kedua anaknya. Anin tahu, anak kembarnya pasti menangis keveradaannya.

Mereka adalah anak-anak tidak terbiasa jauh dari Anin, tidak mendapati leberadaan Anin di rumah saat mereka pulang sekolah saja, mereka langsung menangis dan mengacaukan seisi rumah apalagi sehari? Bisa-bisa orang-orang rumah pusing karna keduanya.

"Sudah, Mama... Mama sakit? Mama jangan sakit ya, Daffi nggak mau mama sakit," ucap Daffi memeluk tubuh Anin di ikuti oleh Daffa-Kakak kembarnya.

"Iya, Mama nggak sakit lagi." Anin mengusap kedua kepala anak-anaknya dengan lembut.

'Kuat Anin. Kamu harus kuat untuk anak-anakmu' Batin Anin.

Anin mencoba menguatkan dirinya yang tidak bisa tanpa Arka. Anin harus kuat, kuat menghadapi keinginan ingin mengakhiri hidupnya. Keinginan yang selalu mencul setiap saat beruntung akal sehat masih bisa menguasainya, tapi sampai kapan ia bisa bertahan? Sampai kapan Anin harus menguatkan dirinya sendiri untuk tidak melakukan keinginan mengakhiri dirinya.

"Biar ayah yang mengangkat mereka," ucap Azka ingin memindahkan si kembar yang sudah terlelap di dekapan Anin.

"Tidak apa Yah."

Arka & Anin 2 (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang