Kacau.
Satu kata yang saat ini terjadi. Di depan Arka ada sekitar tujuh anak berseragam putih abu-abu berdiri membelakanginya, entah apa yang anak-anak itu lakukan di halaman Mansion keluarga Athala.
"Edgar! Hey, apa yang kamu lakuka pada anakku?" Suara itu terdengar.
"Dia dan kedua suadrahnya sudah menganggu adikku." Suara yang familiar tampak terdengar menyahuti suara seorang wanita yang entah siapa.
Zello, Itu suara Zello. Arka kenal betul pemilik suara tersebut.
"Edgar Pratama, Delon Athala dan Rendy Athala. Sekalipun kalian memiliki nama Athala, aku tidak takut! Kalian telah menghajar adikku, Daffa Adrian Athala. Maka jangan halangi aku jika aku melakukan lebih dari apa yang kalian lakukan. Gusy! Hajar mereka." Suara Zello terdengar keenam pria yang berdiri membelakangi Arka maju dan menghajar tiga ponakan jauh Arka.
Arka hanya bisa memijit pelipisnya. Kalau begini masalah akan tambah besar nantinya dan ini sudah bukan masalah antara si A dan si B tapi sudah menjadi masalah besar di dua keluarga besar.
"Zello, hentikan teman-temanmu!" Perintah Arka membuat Zello yang berdiri membelakanginya berbalik dan menatap Arka.
"Nggak mau! Mereka sudah menghajar Daffa beramai-ramai, merrka ikut campur denagn masalah yang tidak ada sangkut pautnya dengan mereka. jadi apa salahnya kalau aku ikut campur?"
"Zello..." Arka menekan suaranya membuat Arzello mendengkus.
"Guys, sudah. Sekarang kita cabut!" perintahnya pada teman-temannya.
"Ya nggak seru kalau nggak patahin tangan mereka, Zel." Salah satu teman Arzello bersuara dengan nada yang terkesan menyebalkan.
"Sudah, nanti kalo mereka nyari gara-gara lagi. Kalian bisa abisin mereka "
"Siip, Bos."
Dan tanpa di minta untuk pergi ketujuh anak laki-laki itu berlalu dengan motor besar mereka. Arka hanya bisa menarik napasnya pelan karna Arzello dan teman-temannya sudah pergi. Sengaja Arka meminta Arzello untuk berhenti bukan karna ingin membela ketiga ponakannya melainkan ia hanya ingat kondisi Bundanya yang sedang tidak baik-baik saja.
Jangan sampai ada kekacauan yang lebih parah dan membuat Bundanya kepikiran terus.
Arka melangkahkan kakinya menuju rumah tidak peduli dengan para ponakan dan saudarah sepupunya yang sedang berkunpul di halaman rumah.
"Bunda..." Panggil Arka.
"Arka, apa semuanya baik-baik saja? Apa mereka memarahimu? Apa mereka melarangmu bertemu Anin dan anak-anak?" Tanya Nafiza beruntun.
Azka menggelengkan kepalanya, "Bunda nggak usah khawatir. Nggak ada yang marahin Arka dan nggak ada yang larang Arka bertemu Anin dan anak-anak. Kemarin Arka sudah bicara tentang Anin yang akan tinggal di saja untuk sementara waktu, Papa Given dan lainnya setuju-setuju saja. Bunda jangan khawatir lagi. Sekarang Bunda istirahat ya," ucapnya panjang.
Arka mengambil alih kursi roda Bundanya dan mengantar Bundanya ke dalam rumah tepatnya di kamar.
"Bunda sudah makan?"
"Sudah, Kamu sudah?"
"Sudah Bun," jawab Arka. Sebenarnya ia berbohong dari pagi hingga menjelang sore ini ia belum makan. Tadi pagi ada rapat penting hingga membuat Arka pergi ke kantor tanpa harus mengisi perutnya lalu siangnya, ia menemui wanita bernama Shania yang depresi karna kehilangan suaminya dan setelah itu pulang.
"Bunda sudah minum obat?"
Nafiza menggelengkan kepalanya membuat Arka menghela napas pelan, "Kenapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Arka & Anin 2 (✔)
General FictionCERITA KE III ANIN Anin dan Arka sepasang suami istri yang menikah muda, memiliki tiga orang anak. Dua laki-laki yang kembar dan satu anak perempuan. Ketiganya memiliki karakter yang berbeda-beda. Ada si Daffa Adrian yang kalem seperti ayahnya, ada...